Kelimutu adalah tanah mistis di pulau flores Nusa tenggara timur , tempat dimana danau pegunungan budaya dan tradisi masyarakat lokal menyatu menyatu dalam harmoni yang mengagumkan.
Kelimutu merupakan gabungan kata keli yang berarti gunung dengan kata mutu yang bermakna mendidih, sesuai arti dari namanya kelimutu memiliki gunung berapi aktif yang berlokasi di desa Pemo Kecamatan Kelimutu kabupaten Ende, gunung ini memiliki tiga danau atau kawah dengan tiga warna berbeda merah, putih dan biru, dan pernah diabadikan dalam uang pecahan Rp 5.000 terbitan tahun 1992.
Danau yang berada di ketinggian sekitar 1639 mdpl ini menyuguhkan panorama alam yang sangat mengagumkan, Danau Kelimutu memiliki luas kurang lebih 1 juta meter persegi dengan volume air mencapai 1,292 juta meter kubik, dengan ketinggian dinding danau antara 100 hingga 200 meter.
Diniding danau Kelimutu yang terjal dan curam karena memiliki kemiringan antara 60 sampai 70 derajat. Di kawasan sekitar Kelimutu terdapat 21 kampung adat, salah diantaranya adalah kampug adat Wologai yang berusia sekitar 800 tahun, untuk menjangkau kampung adat ini dibutuhkan sekitar 30 menit perjalanan dengan kendaraan roda dua atau roda empat dari puncak gunung kelimutu.
Masyarakat lokal percaya bahwa setiap warna pada danau kelimutu memiliki makna yang berbeda dan kekuatan alam yang sangat dahsyat, Danau atau tiwu kelimutu dibagi atas tiga bagian sesuai dengan warna yang terdapat di dalam danau, danau berwarna biru merupakan mengumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meningal, danau berwarna merah merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa yang telah meninggal yang semasa hidup melakukan kejahatan sedangkan danau berwarna putih adalah tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal .
Tiga warna dalam danau kelimutu sennatiasa beerubah-ubah seiring waktu, para penduduk di sekitar danau meyakini ketika danau kelimutu berubah warna mereka harus memberikan sajen bagi arwah orang-orang yang telah meningal.
Dahulu tiga danau kebanggan warga Ende itu masing-masing memancarkan warna yang berbeda yaitu merah,putih serta biru, namun saat ini ketiganya menjadi satu warna yaitu hijau muda. Perubahan ini selalu membuat masyarakat lokal menjadi resah, bagi mereka peruhaban warna tersebut adalah pertanda terjadinya bencana besar.
Salah seorang warga Waloara mengisahkan bahwa pada akhir tahun 1964 pernah terjadi perubahan warna seperti saat ini dimana satu tahun kemudian malapetaka besar menimpa bangsa Indonesia dengan adanya kemelut partai komunis Indonesia, dan setelah kemelut tersebut warna air danau kelimutu kembali normal.
Peristiwa yang serupa juga terjadi pada tahun 1992 silam, seiring dengan perubahan warna danau tersebut, gempa bumi dahsyat mengguncang pulau Flores yang menelan banyak korban jiwa, gempa itu menghancurkan pulau flores hingga menelan sekitar 2000 korban jiwa dan lagi-lagi setelah peristiwa itu warna danau kelimutu kembali normal seperti sedia kala.namun demikian berbeda dengan kepercsyaan masyarakat lokal, menurut peneliti dari LIPI sebagai gunung api yang masih aktif, perubahan air kawah merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam menentuka status kesiapsiagaan bencana gunung berapi.
Perubahan warna di ketiga danau tersebut menunjukkan adanya aktivitas vulkanik, tim peneliti dari lipi menyimpulkan bahwa perubahan warna ketika danau tersebut merupakan pengaruh dari mekanisme vulkanis di kawasan tersebut Â