Mohon tunggu...
Khusnul Hasiah
Khusnul Hasiah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Likes a certain art, Creativity, and about business

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

21 September 2023   21:07 Diperbarui: 21 September 2023   21:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penelitian Erlina, Alfitri, dan Mery Yanti, menguraikan bagaimana interaksi sosial yang menghasilkan keterikatan juga terjadi dalam interaksi ekonomi, selain interaksi ekonomi. Jaringan ikatan sosial dan institusi sosial keluarga secara inheren ditandai oleh kegiatan ekonomi. Beberapa pemilik bisnis memprioritaskan memilih tenaga kerja dari dalam keluarga mereka sendiri. Salah satu pertimbangan yang digunakan oleh pemilik bisnis ketika memilih anggota staf mereka adalah hubungan emosional dari keluarga yang akrab. Dalam artian, seperti yang dinyatakan oleh Granovetter, pilihan karyawan untuk tujuan bisnis melibatkan faktor sosial. Tindakan ekonomi karyawan dan pemilik bisnis juga membentuk hubungan struktural di samping keterikatan relasional mereka.

Keterlekatan struktur dipengaruhi oleh hubungan antara pedagang grosir, pengecer, pemilik bisnis, karyawan, dan klien serta oleh pekerjaan perencana acara, penjaga keamanan, dan manajer. Hubungan bisnis, dimana persahabatan, kekeluargaan, dan rasa saling percaya dibangun, membantu mitra bisnis mengembangkan ikatan sosial yang kuat. Pelaku usaha, termasuk pemilik dan karyawan, membentuk ikatan emosional setelah saling mengenal. Yang mempengaruhi perilaku ekonomi dalam interaksi sosial adalah keterikatan pada satu suku atau suku bangsa dan asal daerah.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Titik Sumarti yang menjelaskan bahwa Awalnya, Swedberg menciptakan ungkapan "sosiologi kepentingan". Sesuai dengan sosiologi agama Weber, minat beragama merupakan metafora atas perilaku manusia yang terjadi sepanjang hidup, meskipun didorong oleh sebab yang sama. Perilaku manusia, dalam pandangan Weber, dimotivasi oleh kepentingan, yang berarti bahwa sudut pandang seorang aktor terhadap dunia dan kepentingannya akan menentukan tindakan yang diambilnya. Alexis de Tocqueville, James Coleman, dan Pierre Bourdieu hanyalah beberapa penulis yang disebutkan Swedberg selain Weber. Menurut pemikir seperti David Hume, Adam Smith, dan John Stuart Mill, hal ini penting untuk dijadikan sebagai pembenaran utama dalam teori perilaku sosial. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa ada lebih dari sekedar kepentingan ekonomi. Kepentingan bisa saja berbenturan, menghambat, atau mendukung satu sama lain.

Kemudian pada penelitian oleh Yuwan dan Ceta menjelaskan bahwa  Berkembangnya pemikiran dan teori ekonomi yang menekankan aspek non-ekonomi untuk memahami berfungsinya sistem perekonomian antara lain merupakan indikasi berkembangnya pemikiran sosiologi ekonomi. Fenomena ekonomi yang tentunya terkait dengan berbagai aspek sosiologi yang melingkupinya, tentunya telah mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya kajian sosiologi ekonomi dalam beberapa dekade terakhir. Namun permasalahan ekonomi menjadi semakin kompleks dan berdampak pada aspek kehidupan non-ekonomi. Seiring berjalannya waktu, kontribusi subbidang sosiologi ekonomi semakin membludak berdasarkan berbagai permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat, baik di negara maju maupun berkembang yang berupaya meningkatkan kesejahteraan warganya melalui berbagai kebijakan pembangunan.

Lalu pada penelitian Viktor Amrifo menjelaskan bahwa didalam NIES adalah singkatan dari New Institutionalism in Economic Sociology. Menurut Nee (2005), NIES adalah pendekatan kelembagaan yang menghubungkan hubungan antara mekanisme kelembagaan di tingkat makro, ikatan interpersonal di tingkat meso, dan tindakan ekonomi di tingkat mikro. Berikut ini adalah aspek-aspek penting dari mekanisme pelembagaan yang harus ditinjau dalam kaitannya dengan transformasi sosial budaya masyarakat adat: 1. Kebijakan yang mendukung transformasi sosial budaya masyarakat adat 2. Struktur organisasi penduduk asli Amerika dan struktur insentif proses transformasi sosial budaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Arizqi dan Nailil menjelaskan bahwa Model sosiologi ekonomi dari sudut pandang Al-Quran sangat menekankan pada lima konsep utama: prinsip ketuhanan, prinsip kesejahteraan, prinsip keadilan, prinsip distribusi kekayaan, dan prinsip antisipasi krisis. Menurut penelitian, setiap tindakan ekonomi pasti mempunyai dampak yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini ditekankan dalam pandangan sosiologi fenomena ekonomi dalam Al-Quran. Menurut Al-Quran, setiap fenomena ekonomi mempunyai komponen sosiologis. Pembahasan ilmu ekonomi dalam Al-Quran selalu erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memenuhi kewajiban sosial.

Dalam jurnal utama dipaparkan bahwa Selain permasalahan struktural, kelembagaan, dan sistem perekonomian nasional yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial, sosiologi ekonomi paling sering digunakan untuk menganalisis modal sosial. Struktur perekonomian nasional yang dibahas konsisten dengan pedoman Konstitusi kita. Namun mengingat kebijakan pembangunan dinilai tidak mampu menghasilkan kesejahteraan sosial bahkan terkesan gagal mencapai inklusivitas pembangunan nasional, maka berdasarkan pengembangan model negara kesejahteraan (MNK) dengan pembangunan yang "merata" sebagai indikator utamanya, maka Dampak pembangunan nasional, khususnya sejak masa Orde Baru, juga banyak dikaji.

Karena sangat penting untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya dinamika kebijakan pembangunan sosial ekonomi di Indonesia bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya, maka pembahasan pada bagian ini harus diawali dengan mengutarakan pendapat Rahardjo (2009) tentang teori pembangunan dunia ketiga. Sejauh mana kajian koperasi sebagai salah satu jenis guru ekonomi kerakyatan berbasis keluarga dapat dijadikan sebagai wadah upaya mencapai kesejahteraan dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosiologis dan sumber daya setempat merupakan topik yang memerlukan perhatian lebih serius dari para peminat dan pemikir. . sosiologi ekonomi di Indonesia.

Pada penelitian melis menjelaskan bahwa ekonomi dalam masyarakat pra-industri, menurut Polanyi dan rekan (1957), tertanam dalam lembaga-lembaga sosial, politik, dan agama. Ini menyiratkan bahwa konsep seperti perdagangan, uang, dan pasar memiliki motivasi selain memaksimalkan keuntungan. Redistribusi dan timbal balik mengatur kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri. Kekuatan pasar tidak diizinkan untuk mengatur kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, permintaan dan penawaran bukanlah faktor yang menentukan harga, melainkan otoritas politik atau budaya. Di sisi lain, dalam masyarakat kontemporer, logika baru yang menyatakan bahwa kegiatan ekonomi tidak selalu bawaan dalam masyarakat mengatur "pasar penetapan harga".

Penting untuk menghubungkan faktor-faktor ekonomi dengan aspek-aspek lain dari kehidupan masyarakat untuk memahami aspek-aspek kehidupan ekonomi masyarakat. Stratifikasi sosial, organisasi solidaritas, dan faktor budaya adalah beberapa faktor ini. Kegiatan ekonomi dan hubungan antara variabel sosiologis yang diamati dalam konteks non-ekonomi adalah subjek utama analisis dalam sosiologi ekonomi.

Dalam jurnal penelitian Yudo A. Mahendro menjelaskan bahwa Sebagai dasar untuk tindakan ekonomi, Granovetter lebih menekankan pada hubungan interpersonal. Karena setiap orang memiliki ingatan tentang orang lain yang dia kenal dari interaksi sebelumnya, jelas mengapa beberapa hubungan antar individu lemah dan beberapa kuat. Granovetter menekankan bahwa kepercayaan adalah apa yang mengarah pada "kepadatan jaringan tinggi," atau kepadatan jaringan yang tinggi dalam interaksi manusia (Nee dan Ingram, 1998; 23). Analisis institusi ekonomi telah dikembangkan di sisi ekonomi. Ekonom neo-klasik percaya bahwa transaksi yang terjadi langsung antara agen atau individu tidak efektif. Karena kenyataan bahwa setiap orang memiliki sikap oportunistik, atau orientasi untuk memaksimalkan keuntungan dalam setiap transaksi ekonomi. Untuk menyederhanakan transaksi, diperlukan lembaga yang bekerja untuk mencapai nol biaya transaksi di semua kegiatan ekonomi (Nee, 2010: 7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun