Mohon tunggu...
Haneylia Shinosa
Haneylia Shinosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Essay, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

At least we met

15 Desember 2024   20:57 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul satu malam. Hujan turun deras di luar. Suarap etir terdengar susul-menyusul, angin kencang berkesiur. Udara dingin terasa menembus tulang.

Namun, itu tidak dipedulikan oleh seorang pria dan seorang bayi yang sedang ia gendong bersamanya saat itu. Seperti sedang menunggu seseorang, sesekali pria paruh baya tersebut menengok ke kanan dan ke kiri. Memastikan seseorang yang ia tunggu-tunggu agar segera datang. Terlebih dalam keadaan semalam dan sedingin itu. Juga keadaan teras rumah sakit yang lama-kelamaan terkena percikan derasnya hujanm alam itu.

 Sesekali menepuk bayi yang sedangd igendongnya. Sayangnya bayi itu malah menangisd engan suara lebih keras dan menyayat hati. Setetesa ir juga menetes dari kelopak mata pria itu. Selain bumi dan bayi, malam itu, seorang pria juga sedang menangis. Seperti sedang sedih karena melakukans alam perpisahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun