Kalau engkau hendak mencari pemimpin sejati ikhlas lahir batin, perhatikanlah dahulu dapur rumahnya dan cara hidupnya sebelum memperhatikan dia penuh dari segi-segi lainnya. Jika engkau lihat dapurnya penuh santapan yang enak dan cara hidupnya yang mewah, hentikanlah penyelidikanmu karena sudah jelas dia bukan pemimpin sejati. Sebab pemimpin sejati tidak mungkin suka hidup mewah. Banyak pemimpin yang mengatakan bahwa kemegahan dan kemewahan itu perlu untuk menjaga standing bangsa dan negara kita di mata dunia internasional, tetapi perkataan itu adalah alasan yang dibuat-buat, sebab di rumah tangga yang terpisah dari dunia internasional mereka suka mewah dan megah juga.
Jarang orang berani hidup melarat ketika kesempatan baginya menjadi kaya baik secara hala ataupun tidak halal, yang berani hanyalah pemimpin sejati dan muklis serta orang-orang shaleh karena mereka rela melepaskan keduniaan tersebut asal dapat bekerja dan berjuang untuk keselamatan dan kebahagiaan umat. Tidak kurang pemimpin yang dahulu dapat disebut muklis tetapi setelah terbuka kesempatan untuk mewah maka diambilah kesempatan tersebut dan terus juga mereka menjadi pemimpin, tetapi keikhlasan mereka telah hilang, apalagi jika kesempatan itu tidak halal. Ketahuilah ukuran pemimpin tidak ditentukan oleh lamanya dia berjuang, tetapi oleh keikhlasan dan kebijaksanaannya serta keberaniannya memikul tanggung jawab.
Ki Bagus adalah ulama yang memiliki cita-cita, yakni memperjuangkan Islam yang menjadi keyakinanya. Baginya segala pembicaraan jika telah sampai menyentuh pada masalah keyakinan maka dia tidak akan mundur. Terlepas dari hal tersebut, Ki Bagus adalah seorang ayah, pemimpin, ulama, sekaligus guru yang berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan perintah agamanya. Ki Bagus hanyalah manusia biasa yang selalu berusaha konsekuen dengan apa yang diyakininya. Keyakinan itu adalah mempertahankan kebenaran, keadilan dan ketauhidan.
Bagaimana dengan keadaan sekarang? Pemimpin bangsa ini yang jauh dari kesederhanaan. Bergelimang kekayaan tapi nir-amanah. Selain itu, sedikit prestasi yang dihasilkan dan terlihat seperti stagnan.Selebihnya, Mari kita tafsirkan sendiri-sendiri.
Nasihat ini disampakain beliau dan ditulis ulang oleh putranya Djarnawi Hadikusumo..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H