Mohon tunggu...
Hasby Marwahid
Hasby Marwahid Mohon Tunggu... -

manusia biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Lahir dan Mati”

3 September 2012   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang datang dan ada yang pergi. Yang telah pergi digantikan sama yang baru datang (hasby)

Tidak dapat kita pungkiri bahwasanya mati itu pasti dating. Kita tidak tahu kapan datangnya, tidak pandang umur, waktu dan tanpa toleransi. Setiap makhluk yang hidup pasti akan mengalaminya, baik yang berakal, berinsting dan lain sebagainya (manusia, hewan, tumbuhan-red). Bahwasanya setiap yang bernyawa itu pasti akan mati. (QS.Al Imran:185). Tampaknya kematian memang rahasia tuhan yang tak seorang pun mengetahuinya. Tidak dapat diprediksi maupun diduga-duga, setiap kita tinggal menunggu kapan datangnya.

Kata “mati” seperti menjadi momok bagi mereka yang belum siap. Maksudnya belum siap untuk menghadapi moment sacral tersebut dikarenakan beberapa actor. Antara lain amal dan perbuatannya belum banyak, sering berbuat jahat dan lain sebagainya. Tapi ada juga yang sama sekali tidak takut menghadapinya. Itu dikarenakan mereka sudah siap secara lahir dan batin. Mereka memang sudah mempersiapkan modal hidup untuk dunia maupun akhirat.

Mati seakan menjadi bom waktu bagi kita semua, entah kapan? . Waktu itu terus berjalan dan peradaban terus berkembang. Detik, menit, jam, hari bulan dan tahun terus berjalan. Kita tidak pernah tahu apa rahasia tuhan. Sekali lagi kematian terus mengintai kita disudut mana pun kita berada. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. 4:78). Tidak akan pernah kita kuasa untuk menolaknya, entah bagaimanapun caranya. Presiden, kyai, ustadz, syech, pejabat, petani, dan bahkan pengemis pun pasti akan menemuinya (mati-red).

Beberapa orang menganggap bahwa setelah mati itu semuanya sudah selesai. Padahal hidup yang kekal itu adalah setelah mati. Hidup adalah proses sebentar menuju kehidupan abadi. Orang jawa bilang, “Hidup mung mampir ngombe”. (hidup itu hanya mampir minum). Kata-kata sederhana tapi sarat makna. Bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar saja. Surga dan neraka kita tidak tahu, tapi kita bisa berusaha untuk meraihnya. Surga dan neraka itu pilihan, mana yang kita pilih itu tergantung dari kita sendiri. Amal dan perbuatan kita kelak akan menjadi bekal kita di dunia abadi yang akan datang. Seperti orang hendak pergi berperang, jika modal hanya tangan kosong saja, niscaya kita akan mati sia-sia. Sementara didepan sana banyak peluru, panah, bahkan bom sekalipun.

Hal tersebut hanya sebatas perumpamaan. Jika kita berperang dengan modal yang cukup, pasti kita akan menang, tentu dengan strategi yang jitu pula. Strategi tersebut dengan menambah perbendaharaan bekal dan cara-cara yang cerdas. Tidak hanya monoton saja. Dalam hidup ini tidak ada kelas-kelas atau kasta. Tuhan tidak memandang kita dari segi rupa, harta dan tahta. Semua mempunyai kedudukan sama dihadapan Tuhan. Hanya amal dan perbuatan yang membedakan kita, sesuai dengan kaidah hidup yang duah dituntunkan atau kita malah mengingkarinya. Ingkar di sini dalam arti tidak sesuai dengan apa yang diperintah dan apa yang dilarang oleh Tuhan.

Banyak orang kadang frustasi dalam menjalani hidup. Hidup hanya sungguh sederhana, yang pelik Cuma tafsirnya saja, begitu kata pram. Dunia adalah batu loncatan untuk akhirat. Agama pun dianggap sebagai mitos, candu dan lain sebagainya. Mereka anggap segala yang nyata itu yang ada, sedangkan yang tidak Nampak, atau masih di alam bawah sadar manusia pun tidak dipercayai. Banyak pemikiran yang tampaknya menarik, teori dan ide-ide yang realistis. Tapi agama kadang tidak bisa dilogika, begitu juga kematian. Kita percaya mati itu pasti datang, entah kapan pun kita tidak tahu. Seperti apa kematian kita pun tidak dapat secuil pun menerka. Itu rahasia mutlak Tuhan. Apakah sudah siapkah menjemputnya? Pertanyaan retoris yang hanya bisa dijawab setiap person. Setiap orang punya tanggung jawab, punya tujuan, dan timbangan masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun