Psikologi cinta, adalah salah satu wacana yang muncul dalam perkuliahan kala itu, ketika membahas tentang masalah perkembangan dan remaja, dalam kuliah psikologi pendidikan dan pengajaran dengan pak afif zamzami, sampai saat wacanana ini begitu menggelitik dan menjadi angan-angan didalam pemikiran ku, karena setelah membaca berbagai literatur dari berbagai mazhab psikologi, para ahli mendefenisikan cinta ini dengan berbagai pengertian.
Berangkat dari pengertian Psikologi. Psikologi berasal dari bahasa inggris yaitu psychology, dalam bahasa yunani yaitu Psyche berarti jiwa atau roh dan logos yang berarti ilmu, psikologi secara harfiah diartikan sebagai Ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah salah satu cabang ilmu yang masih muda dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain karena pada awalnya psikologi dimasukkan keberbagai cabang ilmu dan dengan melihatnya dari suatu pandangan yang berbeda
Cinta, apa itu cinta ? kenapa kita bisa merasakan cinta ? kenapa cinta itu ada ?. Cinta suatu kata yang sangat menggelitik sering diucapkan tetapi buta dalam pemaknaan, Pada berbagai kesempatan acapkali aku bertanya kepada teman-teman, sebenarnya cinta itu apa sih ? banyak yang tidak bisa menjawab secara spesifik, tetapi menurut mereka cinta itu adalah suatu perasaan yang menggebu-gebu yang lain rasanya kepada suatu bentuk benda ataupun kepada individu. Biasanya cinta ini berhubungan dengan suka kepada lawan jenis, Cinta adalah luapan emosi atau perasaan terhadap suatu objek atau individu yang memiliki arti dalam kehidupan. Didalam suatu kesempatan aku pernah bertanya tentang pengertian cinta ini kepada “ayank”ku dan rupanya ia juga sedikit ragu dengan penginterpretasian makna cinta tersebut, dan karna aku juga ragu maka akhirnya sama-sama ragu.
Cinta berperan penting dalam kehidupan sekaligus menjadi landasan dalam kehidupan manusia, cinta diekspresikan sebagai wujud suatu rasa yang spesifik yang akan mengikat sisi emosional individu kepada individu lainnya.
Dalam buku General Psychology karangan C.G Boefree (profesor pada Fakultas Psikologi Shippenburg) menurutnya cinta itu adalah kepedulian terhadap keadaan orang lain sebanyak, atau melebihi kepedulian terhadap diri sendiri, jika orang yang dicintai merasa sakit atau sedih kita juga merasakannya, bahkan cinta yang kuat akan menyebabkan seseorang mengorbankan kebahagiaanya sendiri untuk orang yang dicintai tersebut.
Cinta itu mempunyai banyak klasifikasi, ketika dilihat dari individu yang terlibat. Seperti cinta pada orang orang tua, yaitu cinta Ibu dan cinta Ayah. Sedangkan cinta fillial adalah cinta seorang anak pada orang tuanya, cinta seperti ini tentunya mempunyai akar yang kuat yaitu karna ikatan biologis antara orang tua dan anak disini prilaku instingtual sangat jelas, namun tidak semua seperti ini disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhinya seperti adanya kerengganngan hubungan dengan orang tuanya akibat kurangnya perhatian.
Cinta diantara individu terhadap individu disekitarnya katakanlah itu teman-temannya, cinta timbul karena kesamaan. Penyebab seseorang tertarik dengan individu lain yang sama dengannya disebabkan oleh sifat yang sama, dan sebaliknya karena perbedaan yang ada.
Cinta itu tidak murni hanya datang dari dalam hati saja, tentunya setelah melihat, memandang, merasakan dan mendengar baru muncul cinta. Cinta itu datang sebagai hasil dari stimulus yang diterima oleh individu.
Setelah merasakan dan meneliti lebih lanjut, cinta itu tidak hanya menghasilkan suatu ketertarikan karena perasaan, tetapi lebih jauh cinta itu menghasilkan suatu hasrat seperti daya tarik seksual. Daya tarik seksual menjadi gambaran atau suatu kriteria, yang menghasilkan suatu persepsi yang timbul karena stimulus yang diterima. Seperti harus memenuhi kriteria, gambaran, harapan dan berbagai gagasan yang diinginkan. hasil dari cinta itu sendiri seperti hasrat, kerinduan atau rasa kangen.
Dalam teori kebutuhan Abraham Marslow. Cinta berada diperingkat ketiga dari lima tingkat kebutuhan manusia, Yaitu kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging and love) menurut Marslow kebutuhan akan rasa memiliki dan dicintai disebabkan karna manusia sangat peka terhadap kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan semua ini tidak terlepas oleh karna manusia itu sendiri adalah makhluk sosial.
Marslow membagi cinta itu kepada dua bentuk, yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-Love. D-Love adalah mencintai sesuatu disebabkan karena suatu hal yang tidak ada pada diri dengan cintalah hal itu bisa tertutupi seperti : harga diri, seks atau karena kesendirian. Selanjutnya B-Love, Being Love didasarkan terhadap penilaian kepada orang lain apa adanya, B-Love adalah cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, cinta seperti ini membuka kesempatan untuk seseorang dalam berkembang.
Dalam perspektif biologi cinta berasal dari beberapa hormon yang mempengaruhi syaraf-syaraf sehingga menimbulkan suatu reaksi yaitu cinta,salah satunya yaitu dopamine adalah hormon yang bersifat addictife, yang membuat individu merasa ketagihan dan ketergantungan untuk bertemu dengan yang disukainya.
Cinta adalah satu-satunya cara untuk memahami diri sendiri ataupun orang lain, dengan adanya cinta seseorang akan mengerti dan paham karakter dan watak orang yang dicintainya, individu akan merasa sanggup atau mampu melakukan suatu pekerjaan kalau ada perasaan cinta dihatinya. Bahkan orang yang mempunyai perasaan cinta akan sanggup untuk mengubah dan dan membangkitkan segala potensi yang ada pada diri orang yang dicintainya, begitupun cinta pada diri diwujudkan dengan cara menampilkan diri sebaik mungkin ataupun kepada materi pemuas hasrat diri. Dalam perjelasan diatas, dikatakan bahwa cinta itu melahirkan hasrat, betul sekali seperti halnya seks, seks merupakan salah satu wujud dari hasrat yang ditimbulkan oleh cinta, berbagai macam ragam produk cinta selain seks, tetapi sebaliknya cinta bukan merupakan produk seks, hal inilah yang menyebabkan salah pemahaman bagi sebagian individu sampai hari ini.
Orang yang berhasil dan sukses dalam kehidupannya adalah orang yang mencintai pekerjaan dan keluarganya. Yang menjadi pertanyaannya, mengapa orang yang sukses itu adalah orang yang mempunyai rasa cinta pada dirinya, karena ia cinta pada pekerjaannya,ia mengerjakan pekerjaannya itu berlandaskan cinta, cinta tertanam didalam hati sehingga, ketika ia mengerjakan perkerjaannya karna ia suka dan senang mengerjakannya, katakanlah hal itu seperti hobby, pasti anda akan merasa senang jika anda melakukan pekerjaan yang menjadi hoby. Tak terhitung banyak orang yang berhasil karena ia melakukan pekerjaannya dengan dilandasi cinta, Richard Hamann contohnya, ia merupakan seorang pemilik rumah modifikasi mobil (tuner) kenamaan di Jerman, ia memulai usahanya itu dari hobinya yaitu memodifikasi mobil dan hasilnya, sekarang ia menjadi seorang pengusaha terkenal.
Faktor kejiwaan seseorang sangat menentukan kadar cinta yang ada didalam dirinya, karna jiwa itu merupakan sesuatu yang abstrak, banyak hal yang mempengaruhi kejiwaan seseorang, seperti proses fisiologis yang berhubungan dengan kebutuhan jasmani, pada jaringan tubuh yang mempengaruhi keseimbangan dari tubuh itu sendiri. setiap fungsi-fungsi yang ada didalam tubuh seseorang terutama bagian otak akan saling berkorelasi dan menjadi salah satu hal pembentuk kejiwaan seseorang tetapi bukan berarti faktor fisiologislah yang berperan aktif dalam membentuk kejiwaan itu. Di samping itu dengan tidak melupakan semua ransangan dari lingkungannya. Karna itu rasa cinta tidak hanya datang dari satu stimulus dari luar saja, tetapi hasil dari semua ransangan baik itu dari luar ataupun dari dalam yang menjadi satu kesatuan yang melahirkan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H