Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Jebakan Singa......[bagian akhir]

12 November 2014   21:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikisahkan dalam sekuel sebelumnya, pendekar pertama yang ditugaskan untuk menculik Dewi Rempah Wangi harus takluk berkat strategi putri tetiron dan barisan pendam yang dibuat oleh Panglima Kebo Sora dan juga satria Liong Koko sudah memasuki ruang utama Istana siap untuk menculik Sri Baginda, sementara rekan pendekar satunya menuju istana keluarga raja.

Sesampainya di ruang utama, Satria Liong Koko kembali bergumam, 'Aneh...?, kenapa istana ini sepi sekali, yang ada cuma Sri Baginda....'.

Belum selesai rasa herannya, terdengar suara dari Sri Baginda:

'Mari anak muda, silahkan duduk dan minum tehmu dulu...', kata Sri Baginda mempersilahkan tamunya dengan santun.

Dilihatnya ada meja khusus yang terpisah agak jauh dengan Sri Baginda, menurutnya apa salahnya dia menghargai tuan rumah, toh menangkap Sri Baginda bisa dilakukan setelah acara minum teh. Diapun mengerti maksud dari perjamuan teh ini.

'Itu suguhan seadanya dari kami anak muda...., saya tahu kamu datang dari negeri seberang tentu kurang pantas hidangan ini', kata Sri Baginda berbasa-basi.

'Terima kasih Sang Prabu atas keramahtamahanmu, sungguh saya kagum dengan peradatan negeri antah berantah ini. Disaat yang sedang genting masih menyempatkan waktu untuk bersantai, menghargai tamu dan mencari cara untuk berkompromi, namun saya tegaskan bahwa saya tidak bisa berkomprosi dengan tugasku karena saya menjalankan perintah junjungan saya', kata satria Liong Koko secara diplomatis menjawab maksud perjamuan teh Sri Baginda.

'Aha....sungguh piawai lidahmu memainkan kata, tidak salah dikau terpilih menjadi penasihat utama pangeran Ural. Kembali ke hidangan teh yang sederhana itu, semuanya bisa dibicarakan dengan damai dan dicarikan solusinya, lalu kenapa tuanmu ingin sekali turut campur dan menjadikan kekerasan sebagai penyelesai urusan dalam negeri kami?', jawab sang Prabu dengan santai, sambil menyindir bahwa urusan dalam negeri yang dimaksud adalah masalah pengkhianatan punggawanya.

Satria Liong Koko menjadi sedikit terkejut dengan jawaban itu. Kecurigaannya mulai timbul. Bagaimana mungkin sang prabu yang tidak pernah keluar istana mengerti tentang Pangeran Ural. Untuk menjawab rasa penasarannya diapun berkata:

'Terkadang kekerasan dibutuhkan manakala jalan damai tidak diketemukan. Siapakah engkau dan dimanakah sang Prabu?', jawab satria Liong Koko dengan singkat.

'Kalian semua telah terjebak pada keserakahan semu sehingga berani ikut campur urusan dalam negeri kami. Kali ini saya akui bahwa matamu benar-benar jeli, saya memang bukan sang Prabu, saya Patih negeri ini. Itu semua terjadi berkat kepicikan dan kesombongan kalian menganggap remeh kami dan perdamaian bukan jalan keluar yang bermanfaat', jawab sang Patih Nirwasita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun