Mohon tunggu...
Ibsah M
Ibsah M Mohon Tunggu... Wiraswasta -

orang biasa yang terus belajar dan berdamai dengan diri dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Larik Asa

20 Mei 2016   12:01 Diperbarui: 22 Mei 2016   21:13 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pinandihita yang lagi dirindukan oleh Tuan Putri Sekar Panjalu terlihat serius dalam latihan olah kanuragan. Sudah seminggu lebih dia berlatih. Suara cengkerama dedaunan yang melenakan, tertawaan burung prenjak, ejekan binatang melata serta hembusan angin pepohonan yang dingin hanya melewati telinganya. Dia benar-benar tenggelam dalam mempraktekkan jurus-jurus kanuragan tingkat tinggi karya gurunya Pendekar Pujangga Sakti. Jurus-jurus sakti yang diterjemahkan dari kalimat sakti ‘bukan pena yang menulis’.

Setelah seharian berlatih, Pinandihita merasakan tubuhnya memenat. Angin hutan Dandaksa terasa begitu semilir menyapa dan mengajak tubuhnya beristirahat. Ketika dia hendak mengaso, terdengar suara cuitan burung rajawali. Suara itu mengingatkannya pada anak Rajawali yang pernah ditolongnya ketika pertama kali dia tersesat di hutan Dandaksa. Dia ingat betul dengan jenis suaranya. Dengan kemampuan meringankan tubuhnya dia hinggap di puncak dahan pohon tertinggi. Dan betul, burung itu adalah rajawali yang pernah diselamatkan dari perkelahian dengan harimau buas penghuni hutan Dandaksa.

Dengan melentingkan tubuh dan senyum dikulum diapun memanggil sahabatnya itu: ‘Hei…, Rajawali, darimana saja kau gerangan….?’. Yang dipanggil hanya mengepak-ngepakkan sayap sambil mengeluarkan suara kaokan sebagai pertanda senang dan bahagia. Bahagia karena mendengar suara yang dikenalnya dan melihat sosok yang pernah menolongnya. Tanpa segan Pinandihitapun langsung hinggap di atas badan rajawali tersebut. Yang ditunggangi merasa tidak terbebani dan langsung melesat terbang tinggi ke udara.

‘Rajawali, kemana kau akan membawaku?’, sapa Pinandihita dengan wajah ceria meski sedikit perih terasa di raut wajahnya karena terpaan angin.

Disela deru suara angin kencang, Rajawali itu membawa Pinandihita pada ketinggian dan kemudian menukik tajam seakan-akan mengajak sang penunggang bercanda. Sang penunggang dengan kecerdasannya yang diatas rata-rata para remaja, memahami dengan cepat maksud si burung itu. Untuk mengimbanginya, Pinandihita melakukan salto di udara sambil sesekali hinggap dipunggung sang burung.

Ternyata Rajawali itu membawanya ke suatu tempat yakni hutan Kerja Bakti dimana burung itu tinggal bersama para keluarganya dan juga sang empu yang memelihara mereka. Pada sebuah bukit cadas dengan bebatuan terjal dan pepohonan duri, tempat yang susah dijamah bagi manusia namun biasa didiami bagi keluarga Rajawali.

‘Hei Rajawali emas, rupanya engkau membawa tuan baru…’, sambut sang empu pemelihara yang sedang bercengkerama dengan keluarga si burung di sebuah dataran di atas bukit bebatuan.

‘Saya yang masih kecil ini menghaturkan salam pada tuan pemilik peliharaan ini’, jawab Pinandihita sambil berjumpalitan dan kemudian bersoja setibanya dia di atas tanah.

‘Jangan sungkan anak remaja…., insting burung ini kebanyakan benar dalam memilih tuannya’, sambung orang tua itu dengan ramahnya. Orang tua ini merasa simpatik dengan anak remaja ini. Dia merasa aura kedamaian menyelimuti anak remaja itu. ‘Pasti ada sesuatu yang berbeda dari anak remaja ini dengan remaja seusianya’, gumam orang tua itu.

Orang tua itupun memulai percakapan dengan Pinandihita. Dalam percakapannya yang berlangsung lama, rasa simpatik itu berubah menjadi rasa suka cita karena ternyata dugaannya tepat semuanya dengan kenyataan.

‘Pinandihita, jadi engkau menyelamatkan rajawali emas ini dari serangan harimau buas Hutan Dandaksa dan kemudian mengobati luka-lukanya…., sungguh sebuah kebetulan yang berujung pada perjodohan’, ucap orang tua itu dengan nada santai.

‘Kakek begawan…., perjodohan bagaimana?’, tanya Pinandihita sedikit bingung dan ternyata orang tua itu adalah Begawan Sakti Penjaga Hutan Kerja Bakti yang terkenal sebagai pendekar paling sakti di Kerajaan ANTAH BERANTAH namun sudah lama mengundurkan diri dari dunia kependekaran.

‘Engkau berjodoh sebagai tuannya Rajawali emas ini, bagaimana Pinandihita?’, tanya Begawan.

‘Kalau memang kakek Begawan rela begitu….., sungguh saya menerimanya dengan suka cita…..’, jawab Pinandihita diiringi dengan kaokan gembira Rajawali emas.

‘Dengar Pinandihita, Rajawali itu berkaok dengan gembira, tanda ia suka denganmu dan kau ajaklah Dia bermain-main terlebih dahulu…….’, sambung sang Begawan.

Tanpa membantah dan kemudian bersoja sebagai tanda hormat, Pinandihita langsung melompat ke punggung Rajawali emas tersebut. Rajawali itu kegirangang sekali dan langsung melesat ke udara membawa tuan barunya itu.

‘Benarkah anak remaja itu adalah bocah yang diramalkan akan membawa kedamaian di bumi persilatan Negeri ANTAH BERANTAH ini?’, celetuk bathin sang Begawan sepeninggal Pinandihita. ‘Sebaiknya nanti saya akan mengujinya dengan beberapa penggal jurus olah kanuragan, kalimat sastra olah keutamaan atau budi pekerti luhur serta beberapa petik dedaunan pengobatan, semoga dia bisa menjawab semuanya dengan baik dan tepat’, selarik asa melintas cepat dalam benak sang Begawan terhadap Pinandihita sebagai penerusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun