'Apaan tuh?', tanya yang lain dengan muka penuh tanda tanya.
'Kata banyak orang, si ksatria itu bisa mengabulkan do'a, memberikan restu agar apa yang menjadi keinginan kita bisa terwujud', jawab pewarung itu dengan mantap.
'Agh, yang bener, mana ada manusia bisa begitu, setahuku cuma Gusti penguasa alam yang bisa gitu', sanggap seseorang dari mereka.
'Dibilangin gak percaya, banyak kok yang sudah bertemu dengan dia dan semua yang diimpikan menjadi nyata', jawab pewarung yang pertama dengan sengitnya.
'Saya juga mendengarnya begitu kok', sambung pewarung yang lain.
'Agh, saya ndak percaya, mana ada manusia bisa gitu', sengit yang lain.
Akhirnya warung itupun menjadi gaduh dengan pro kontra mengenai keberadaan ksatria penjaga hutan kerja bakti. Yang bagaimanapun sebenarnya itu jauh dari kebenaran. Karena dia hanyalah penjaga dan hanya penjaga, tidak lebih, titik. Demikian tanpa para pewarung itu sadari, pria yang menyamar itu meninggalkan warung menyisakan kekagetan yang membawa kesedihan dalam hatinya.
Meskipun dia yang bijaksana bisa mengerti makna dari sebuah pepatah di negeri antah berantah yang mengatakan bahwa semua orang bisa memilih untuk sebuah keputusan, namun tidak bisa memilih untuk konsekuensinya. Namun begitulah, ketika dia mendengar secara langsung salah satu konsekuensi dari yang dia kerjakan selama ini, tak urung juga-sebagai insan lemah-diapun menjadi sedih dan tidak pernah menyangka adanya rumor yang menyimpang dari kebenaran kehidupan.
Dengan latar belakang itulah, maka satria penjaga hutan itu merasa malas menemui satria gula kelapa. akhirnya dia memilih untuk meneruskan semedinya. dan dia memutuskan akan bersemedi sekuat-kuatnya.
:________bersumbang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H