Sambungan dari sekuel sebelumnya...:),
Untuk sementara waktu, satria elang biru diam tercenung memikirkan langkah terbaik mencari informasi mengenai lorong bawah tanah istana setelah pertemuannya dengan din brodin-kacung gaek istana antah berantah-yang dia percaya bisa memberikan keterangan atau informasi yang ia cari.
Dalam diamnya, fikirannya seperti mengajak dan bersikeras untuk menemui bekas panglima perang kerajaan antah berantah yang sudah mengundurkan diri karena tidak kuat dengan intrik-intrik kotor perebutan jabatan di dalam istana kerajaan antah berantah.
'Saya pikir itu yang terbaik, mengingat keterbatasan waktu yang saya miliki dan situasi yang kurang menguntungkan bila saya menemui ibu suri. Bila diketahui menemui ibu suri oleh pihak kerajaan maka diri ini akan menjadi pesakitan dan akan dijatuhi hukuman pancung karena melanggar aturan tata krama istana', demikian bathin satria elang biru menyimpulkan.
Akhirnya berkelebatlah ia untuk mencari satria kembara. Mengapa dia mencari satria kembara?. Dia cuma berharap sahabatnya itu berhasil mengajak si ratu copet untuk berkongsi atau bekerjasama sehingga ia bisa meminta keterangan dimana keberadaan bekas panglima kerajaan antah berantah itu. Perasaannya kuat mengatakan bahwa ratu copet itu merupakan putri dari bekas panglima perang kerajaan. Hal itu berdasarkan hasil pengamatannya dalam pertarungannya dengan si ratu copet tempo hari. Setelah berkeliling alun-alun dan pasar kotaraja dia tidak menemui satria kembara, diarahkan pencariannya menuju kediaman satria kembara, namun dia tidak menemui sahabat yang dicarinya. Akhirnya dia arahkan pencariannya menuju istana kepatihan.
Pucuk dicinta ulampun tiba, ditengah jalan mereka berpapasan. Satria elang biru kelihatan sumringah atau gembira melihat keberhasilan sahabatnya itu.
'Satria kembara, selamat atas keberhasilanmu...., namun bolehkah saya mengajukan sedikit pertanyaan penting buat si ratu copet....', tanya satria elang biru setelah menyelamati keberhasilan rekannya dan tanpa basa-basi sudah menyampaikan maksudnya.
'Agh..., keberhasilanku itu berkat petunjukmu juga satria elang biru..., silahkan saja bila kau ada perlu dengan si ratu copet ini, saya akan menjauh dari tempat ini', jawab satria kembara dengan merendah dan bertatakrama.
'Tak usahlah engkau menjauh satria kembara, ini bukan masalah rahasia kok', balas satria elang biru dengan cepat tepat ketika satria kembara hendak berkelebat.
'Duhai wanita jelita....., dimanakah gerangan satria gajah sirna berada sekarang?', tanya satria elang biru tanpa basa-basi. Yang ditanyapun menjadi kaget bukan kepalang, karena bagaimanapun jarang sekali, sampai saat orang menanyakan satria gajah sirna yang merupakan bekas panglima kerajaan antah berantah kepadanya.
'Darimana kau tahu saya ada hubungan dengan dia', tanya si ratu copet dengan datar untuk menutupi kekagetannya.
'Dari jurus-jurus yang engkau pakai ketika bertarung denganku, kalau dia bukan ayahmu maka dia adalah guru kanuraganmu', jawab satria elang biru dengan tangkas.
'Ada keperluan apa kau dengan dia?', tanya balik si ratu copet.
'Ada hal penting yang hendak saya tanyakan kepada dia, aku harap engkau bermurah hati memberikan informasi kepadaku, karena hal ini berhubungan dengan tugas yang saya emban untuk menyelamatkan keluarga kerajaan', beber satria elang biru.
'Saya tidak yakin dia akan membantumu, karena dia sudah memutuskan untuk tidak ikut campur segala urusan istana kerajaan', jawab si ratu copet dengan santun.
'Saya hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan saja dan tidak ingin mengajaknya untuk ikut campur dalam urusan istana kerajaan', ulang satria elang biru.
'Baiklah, kata-katamu saya pegang....., dia ada di punggung bukit karang getas', jawab si ratu copet.
'Terima kasih wanita jelita dan satria kembara, saatnya untuk menemuinya', kata satria elang biru sambil berkelebat menuju ke arah bukit karang getas.
Singkat cerita sampailah satria elang biru di lereng bukit karang getas. Berkelebatlah ia dengan menggunakan kemampuan meringankan tubuhnya untuk memutari punggung bukit karang getas. Tiba-tiba, telinganya yang sudah terlatih, mendengar suara denting senjata tajam beradu di kejauhan. Rasa ingin tahunya menuntun dirinya menuju lokasi kejadian. Dilihatnya, sekelompok pendekar sedang bertarung atau tepatnya sedang mengeroyok seorang pendekar.
'Tak salah lagi..., dari jurus-jurus yang dia mainkan, yang dikeroyok itu pasti paman satria gajah sirna ....', kata satria elang biru dengan nada senang karena pencariannya menuai hasil.
'Paman....., biar saya bantu engkau menghabisi para cecunguk ini', teriak satria elang biru sambil berkelebat terjun ke dalam pertarungan.
Mereka berduapun, kemudian terlibat dalam pertarungan sengit melawan keroyokan segerombolan para pendekar.
Bersambung.....:),
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H