'Hmmmm......, Baiklah sebuah kesepakatan yang adil, saya menerimanya dengan tangan terbuka.....', kata satria gula kelapa yang membuat riuhnya kedua kelompok itu menjadi tenang.
Akhirnya dua kelompok perguruan besar itu dengan jumlah pendekar yang tidak sedikit mengikuti kemana Satria Gula Kelapa pergi dan dengan otomatis pula memilihnya sebagai pemimpin sementara.
Begitulah, begitu besarnya rasa cinta para patriot kepada Ibu [dewi] Pertiwi, sampai-sampai beberapa orang dari mereka secara serempak menyanyikan sebuah kidung yang ditulis oleh pujangga negeri antah berantah.
Apakah Ibu [Dewi] Pertiwi berbicara?
Jutaan Patriot Maju ke Medan Laga.
Semua Air Mengalir ke Lautan.
Gunung Rela Menjadi Pasaknya.
Musim Datang Silih Berganti dengan Teratur.
Jutaan Pohon dan Hewan Berkembang Biak.
Apakah Ibu [Dewi] Pertiwi berbicara?
Tanpa diketahui oleh mereka semua, dari balik rerimbunan pepohonan dan juga karena riuh rendah suara kidung, seorang mata-mata Punggawa Wasita yang bekerjasama dengan Pangeran Ural berkelebat dengan wajah kecewa. Sederhana sekali, bisa ditebak maksud Punggawa Wasita. Pertikaian itu sengaja dia ciptakan. Tujuannya untuk memecah belah semua kekuatan Negeri antah berantah. Yang pada akhirnya, mereka sibuk bertikai dan lupa untuk membela negeri mereka sendiri.