Mohon tunggu...
Rifki Hasbullah
Rifki Hasbullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang belajar menyuguhkan kata-kata dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dijodohin tapi Tidak Jodoh

19 Oktober 2012   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepatnya akhir tahun 2010, pada waktu itu hari kedua perayaan Idul Fitri 1431 H. Keluarga mengajakku bersilaturahmi ke salah satu keluarga dari ayahku. Kebetulan keluarga ayahku yang satu ini memang super sibuk, karena kerjanya di salah satu kota yang terkenal dengan pantainya yang exotis dan pernah dijadiin tempat syutingnya mahar dkk.

Seluruh keluargaku udah siap, sementara aku masih memakai celana pendek motif kotak-kotak. Aku langsung bergegas menuju kamar untuk ganti pakaianku. Waktu itu, aku memilih baju koko warna putih, celana jeans hitam dan tak lupa ku lengkapi kepalaku dengan peci warna hitam.  Tak lama aku ganti pakaian, langsung menuju ruang tamu yang mana seluruh keluargaku sudah menunggu dari 10 menit yang lalu.

Sekitar 15 menit, kita sampai di rumah keluarga mas putra. Dan ku amati, ternyata rumahnya lumayan sangat menonjol dibandingkan rumah-rumah disekitarnya, tapi kok terlihat tampak sepi. Adikku segera turun dan membuka gerbangnya. Sementara aku langsung memarkirkan kendaraanku tepat di depan kendaraan yang punya rumah, segera aku turun dan menyusul orang tua serta adik-adikku.  Tak lama kemudian, sang tuan rumah membukakan pintunya. Kedatangan kita disambut dengan hangatnya sama mereka. Kebetulan waktu itu ayahku sangat dekat dengan keluarga mereka.

Suasana semakin hangat ketik bercerita tentang tempat kerjanya mas putra. Tak terasa hampir 20 menit kami berbincang-bincang. Sedang serunya bercerita, tiba-tiba muncul seorang wanita kira-kira umurnya 17tahun-an dihadapanku. Dan segera mas putra memperkenalkannya, ternyata dia itu anak pertamanya yang mempunyai nama panggilan “Chaca”. Maklumlah aku merasa sedikit kaget, karena hampir 20 tahun tidak bertemu keluarga itu.

Semenjak dari pertemuan itu, aku sering berkomunikasi sama keluarga mereka. Bahkan, setiap malam minggu keluarganya itu selalu mengajakku buat pergi bareng mereka. Dan hampir tiap hari aku datang ke rumah mereka. Soalnya aku disuruh mengajarkan bahasa inggris sama anak-anaknya. Semakin hari aku semakin dekat dengan keluarga mereka.

Lama-lama aku semakin merasa lebih dekat sama chaca. Karena setiap kali ibunya menyuruh chaca pasti aku selalu disuruh buat nemenin chaca. Padahal sewaktu itu sepengetahuanku, chaca udah punya cowo yang ternyata cowonya itu adalah paman mudanya (kira-kira umurnya 20 tahun) sendiri. Terkadang aku sendiri merasa canggung ketika disuruh jalan bareng dia sama ibunya, ya secara dia udah punya cowo. Tapi disatu sisi aku bertanya pada diri ini “maksudnya apa yaa?ibunya nyuruh jalan bareng aku”. Ingin kutanyakan tapi aku malu buat nanyainnya. Yaaa..aku pikir let it flow deh.

Tepatnya akhir tahun 2010, pertanyaan yang selama ini aku selalu ingin tanyakan itu terjawab. Ternyata ibunya itu tidak merestui hubungan chaca sama pamannya itu. Ibunya menolak mentah-mentah. Dan pada akhirnya aku sendiri dijadiin pelarian sama ibunya buat anaknya itu. Aku merasa kaget, kesal, ingin marah tapi gak bisa. Tapi aku kembali lagi ke awal let it flow, kalau memang ini udah jalan-Nya, why not? I receive it.

Karena terlalu sering kita jalan, akhirnya aku merasakan ada getaran yang berbeda pada hati ini ketika melihat Chaca. Apalagi ketika aku tahu, kalau chaca udah putus dari pamannya itu. Kali ini, aku semakin bersemangat ketika diajak ibunya buat jalan bareng keluarganya. Dan semakin sering juga aku bercerita sama chaca tentang apapun.

Dan suatu hari, chaca meminta pertolonganku supaya ganti password di facebooknya. Alasannya, karena pamannya itu tahu passwordnya dia. Sedangkan dia sekarang sudah mulai mau menjauh darinya. Dengan sedikit keisenganku, aku buka pm (private message)nya tanpa sepengetahuan chaca. Ternyata kini ku tahu, kalau dia itu sekarang sudah merasakan hal yang sama denganku ini. Dia bercerita banyak tentangku sama teman-temannya di PM. Terlebih ibunya yang selalu mendekatkan dia sama aku.

Tak terasa waktu terus berjalan, dan sampailah pada akhirnya kita saling bertukar pikiran tentang perasaan kita masing-masing. Pada waktu itu tepatnya sehari sebelum hari valentine datang. Karena kita punya perasaan yang sama, maka pada malam harinya kita komitmen buat ngejalin hubungan yang bukan sekedar saudara, alias pacaran coy tanpa sepengetahuan orang tua kita berdua (backstreet).

Dari hari ke hari ku jalani semakin indah bersama dia tanpa ada masalah yang memberatkan kita berdua. Makan bareng, jalan bareng, pokoknya hampir setiap aktivitas dijalanin bareng meskipun ditemenin ibunya terkadang tantenya, tapi tidak jadi masalah buat kita, karena mereka tidak tahu kalau kita pacaran.

Tiba saatnya hal yang memberatkan dan sempet membuat pusing kita berdua. Ternyata ibunya marah besar ketika dia tahu kalau aku dan chaca pacaran. Tanpa ada alasannya yang jelas tentang ketidak setujuannya itu. Sedangkan aku dekat sama dia dari awal karena ibunya sendiri. Ibunya sendiri selalu mencari cara buat memisahkan kita supaya kita kembali lagi ke status awal “hanya sebatas saudara”. Tapi aku selalu ingin mempertahankannya, karena hatiku ini tidak bisa dibohongi kalau aku semakin cinta sama dia begitupun chaca. Semakin aku menentang sama perasaanku ini, semakin menentang juga ibunya buat mengusahakan supaya kita berpisah. Semakin aku mencintai chaca, semakin benci pula ibunya sama aku.

Akhirnya dengan rasa terpaksa aku harus melepaskan dia, meskipun rasa ini masih tertanam dalam hatiku. Tak kuasa aku menahan kesedihan ini, tapi ketika semuanya ini terjadi atas kehendak-Nya, aku rela dengan ikhlas. Dan akhirnya kita berpisah, kita berjalan masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun