Saya sebagai pendatang didaerah yang masih mengikuti tradisi leluhur cukup takjub dengan masyarakatnya, mengenai istilah lagan pun saya tak begitu tahu asal usulnya tetapi cukup mengerti istilah lagan itu adalah sinoman (membantu sesama warga yang mempunyai acara ).
Lagan didesa saya ,terutama saat ada acara pernikahan bagaimana semua warga saling bahu membahu membantu segala persiapan pernikahan. Dari mempersiapkan susunan panitia dan acara sampai membuat segala macam kebutuhanya istilahnya pake komplit tinggal tuan rumah duduk manis sampai acara selesai. Sampai mereka rela tidak mencari nafkah hanya membantu tetangganya sendiri yang sedang mempunyai acara tersebut.
Disinilah letak gotong royong warga desa yang begitu ikhlas mebantu tanpa ada imbalan apapun, tetapi perlahan tradisi Lagan luntur dengan perkembangan jaman. Banyak orang yang lebih memilih menyewa catering makanan dan Event Organizer dengan istilah biar lebih simpel dan tidak repot. Sekarang jelas perbedaan  antara Lagan tipe masyarakat dan menyewan EO itu dari biaya, dimana warga tidak memungut biaya dan menjujung tinggi rasa solidaritas sesama tetangga lebih simpel sekaligus murah. Sedangkan lewat EO jelas bayar ibarat kaya operator  telpon seluler  tinggal paket yang murah atau yang paling mahal.
Tetapi sayang banyak orang bergaya kota tapi tinggal didesa tidak mau mengikuti tradisi lagan dengan berbagai alasan, seperti tidak mau merepotkan tetangga (orang pelit takut ada yang nakal), ada yang beralasan makanan biar terbarukan (orang sombong)...
Sungguh sangat sedih model gotong royong yang majemuk mulai dtinggalkan pelan-pelan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H