Hal ini saya alami sendiri bagaimana rasanya akan sebuah kehidupan setelah berumah tangga, setelah menikah saya siap tidak siap harus siap!. Cari uang untuk menafkahi keluarga sendiri karena terbiasa dengan lingkup kerja formil mungkin berat harus berjuang dari nol untuk memulai sebuah usaha baru, dengan label lulusan perguruaan tinggi negeri banyak yang mengatakan ilmunya tidak terpakai. Memang saya akui itu sebagai lulusan ekonomi saya nol besar tentang bertani, sebagai kepala rumah tangga saya mengambil jalan itu. Awal ingin bekerja formal tapi dengan kondisi istri yang tidak mau dtinggal jauh ke jakarta lagi, sedangkan UMK kota hanya kecil wajar saya mau cari lebih tapi tidak bisa karena susahnya mencari pekerjaan.
Dengan berat hati saya harus menanggalkan semua profesi dulu sebagai pekerja formil yang nyaman duduk berAC tetapi sekarang harus berkotor-kotor ria. Dengan dukungan istri saya mencari informasi tentang sebuah usaha yang cocok dengan daerahnya, serta menghasilkan , dan yang terutama belum ada saingan. Pilihan itu jatuh pada usaha sebagai petani jamur kuping, dengan budidaya jamur saya mantapkan karena iklim yang cocok didaerah perbukitan dan belum ada saingan didesa.
Awal usaha jamur seakan saya banyak mencemooh dan sinis, maklum saja sebagai pendatang sarjana tapi bertani. Tapi lambat laun semua terbantahkan karena saat seperti ini terjadi gagal panen didaerah saya karena curah hujan yang tinggi, banyak pohon durian, manggis, dukuh, dan cengkeh gagal panen. Para pencemooh itu sekarang meminta belajar bagaimana bertani jamur, tapi saya tidak dendam atau pun takut ada saingan. Karena semakin banyak yang bertani jamur saya bersukur bahwa saya pelan-pelan merubah pola pikir mereka yang selalu menimbum hasil hutan saja tanpa berpikir untuk memutar hasilnya untuk usaha yang lain.
Saya teringat semboyan teman saya, banggalah menjadi seorang petani karena petani yang bisa menjaga ciptaan tuhan dan bisa membuat makhluk tuhan yang lain tercukupi.
Pesan saya kepada orang lain...kalo memang mau pindah profesi dalam bentuk apapun jangan setengah harus full dari tenaga dan pikiran pada hal yang baru.
“sing penting yakin,sing penting wani,sing penting halal acuhkan mereka yang meremehkanMU karena tuhan pasti adil”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H