Ditulis oleh: Hasbiyan Zaky Mumtaz dan Dr Iin Suryaningsih, S.S., M.A.
(Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta)
Manuskrip merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai sejarah, intelektual, dan spiritual tinggi. Di Indonesia, manuskrip berkembang sebagai media penyebaran ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama, hukum, sastra, dan pengobatan tradisional. Naskah-naskah kuno ini tidak hanya mencerminkan pemikiran para ulama dan cendekiawan terdahulu, tetapi juga menjadi bukti bagaimana kebudayaan Islam dan lokal saling berinteraksi dalam membentuk tradisi keilmuan di Nusantara.
Sejak dahulu, masyarakat di berbagai daerah seperti Aceh, Sumatra Barat, Jawa, dan Sulawesi telah menulis dan menyalin manuskrip dalam berbagai aksara, seperti Arab-Jawi, Pegon, Pallawa, dan Kawi. Banyak dari manuskrip ini berisi ajaran keislaman, termasuk tafsir Al-Qur’an, fikih, tasawuf, serta panduan ibadah seperti zikir dan doa. Keberadaannya tidak hanya memperkaya khazanah literasi Islam di Nusantara tetapi juga menunjukkan bagaimana ilmu agama disampaikan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam era modern, banyak upaya dilakukan untuk melestarikan manuskrip agar tidak hilang atau rusak akibat faktor usia dan lingkungan. Digitalisasi manuskrip menjadi langkah penting dalam memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat mengakses warisan intelektual ini. Salah satu manuskrip yang telah terdokumentasi adalah Warisan Spiritual dan Tradisi Sufistik dari Aceh yang menjadi bagian dari koleksi Museum Pedir, Banda Aceh. Manuskrip ini menjadi contoh bagaimana tradisi zikir dan doa diajarkan serta diwariskan melalui tulisan. Artikel ini akan membahas isi manuskrip tersebut, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta signifikansinya dalam tradisi Islam di Indonesia.
Deksripsi Fisik Manuskrip
Manuskrip ini merupakan naskah keagamaan yang ditulis di atas kertas dengan tata letak tulisan dari kanan ke kiri, yang menunjukkan penggunaan aksara Arab Pegon. Naskah ini tidak memiliki sampul, sehingga lebih rentan terhadap kerusakan. Namun, berdasarkan laporan kondisi, manuskrip ini masih dalam keadaan cukup baik, meskipun terdapat 22 halaman, dengan 5 halaman kosong di dalamnya. Tidak terdapat ilustrasi, yang mengindikasikan bahwa fokus utama teks ini adalah isi keagamaan tanpa tambahan ornamen visual. Selain itu, manuskrip ini telah digitalisasi dalam proyek DREAMSEA yang dapat di akses melalui tautan
https://www.hmmlcloud.org/dreamsea/detail.php?msid=7519
Tranliterasi pada Bagian Awal Halaman Manuskrip
A’uudzubillaahi minassyaithoonirrajiim