Manusia tercipta dalam keadaan yang sempurna (Ahsani taqwim), kesempurnaan tersebut dari mulai penciptaan, pertumbuhan dan sampai kepada ajalnya. Bagaimana Allah satukan dua manusia yang berbeda jenis kelamin yang menghasilkan dua sperma Bersatu berubah menjadi nutfah, ‘alaqah, dan mudhgah, kemudian ditiupkan ruh sehingga terus berkembang dan tumbuh dalam perut seorang ibu yang telah disiapkan celaka dan bahagianya, rizqi dan ajalnya.
Kemudian keluar seorang anak manusia dari Rahim seorang ibu yang sempurna wajahnya, tubuhnya, suaranya sehingga menjadi daya tarik orang yang melihatnya dan tumbuh rasa cinta dari orang tua dan keluarga untuk terus mencintainya dan mendidiknya dengan penuh tanggung jawab.
Manusia harus tahu hakikat dirinya, dari apa diciptakan, siapa yang menciptakan, rahim mana tempat kelahiran, siapa yang mencintainya, mendidiknya, dan peduli kepadanya? Sebab setelah manusia itu dewasa, ia punya kewajiban untuk mengabdikan dirinya kepada Allah yang menciptakan dan jangan musyrik kepada-Nya, berbakti pula kepada orang tua yang telah berkorban banyak untuk kehidupannya. Dengan demikian, ia tahu diri dan mengenal hakikat dirinya.
Manusia tidak tahu diri adalah manusia yang tidak tahu asal muasal penciptaan manusia, tidak tahu kekuatan dan kelemahan dirinya, sehingga selalu merasa diri sempurna dari orang lain. Kesombongan dan keangkuhan diri selalu ditunjukkan dalam kehidupan mereka. Tidak tahu diri juga tidak mengetahui siapa yang berjasa pada hidupnya, orang tuanya, keluarganya, sahabatnya dan lingkungan terdekatnya. Ia dengan mudah melupakan jasa-jasa mereka. Â Karena itu penting untuk manajemen diri. Sebagai bagian dari manajemen diri adalah muhasabah terhadap diri.
Jadilah orang-orang yang mengenal dirinya, sebab man ‘araf nasahu ‘arafa rabbahu. Jika dia mengenal dirinya, dia pun akan mengenal Tuhannya. Kenalilah dirimu, siapa yang menciptakanmu (man khalaqa ka), untuk apa kamu diciptakan (li madaza khuliqta), dan kemana kamu akan pergi (aina tadzhabun). Jika kita sudah mengetahui ini, kita akan menjadi manusia yang tahu diri, apa yang harus kita lakukan, dan apa yang harus kita siapkan untuk tempat tujuan akhirat kita.
Demikian semoga bermanfaat.
Hasbiyallah
S2 MPI UIN SGD Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H