“Why we afraid Brazil ? We have Gabriel Omar.”
“How about Neymar ?”
“Who is Neymar ?”
Itulah sedikit petikan obrolan saya dengan Ruud Gullit di sela – sela latihan terakhir timnas menjelang pertarungan akbar final sepak bola Olimpiade melawan Brazil. Ruud Gullit nampak optimis tim nya bisa meraih medali emas sekaligus medali pertama bagi Indonesia di cabang sepak bola Olimpiade.
Ruud Gullit sendiri di akhir sesi latihan itu menginstruksikan tim agar bermain tanpa beban untuk partai final. Meskipun tak akan diperkuat bek kanan asal Novarra, Alfin Tuassalamony yang menjalani hukuman akumulasi kartu kuning, Gullit tak khawatir. Diego Ferdinand Muaramuri atau Melvin Wong adalah pengganti yang sepadan.
Boaz Solossa yang sempat kesakitan setelah bertubrukan dengan Yoshida saat bersua Jepang di semifinal dinyatakan siap tampil. Dengan materi yang ada, Gullit mempersiapkan formasi 4-2-3-1. Kiper masih diisi Kurnia Meiga. Di lini belakang cedera otot yang dialami Gunawan DC membuat Gullit memainkan kembali Seftia Hadi untuk menemani Saman Shah di jantung pertahanan. Ronald Prost tetap menempati pos nya di sisi kiri. Sementara Melvin Wong Chiao, bek asal Harimau Medan untuk pertama kalinya turun sebagai bek kanan.
Double pivot ditempati kapten Ahmad bustomi dan gelandang Urawa Reds, Egi Melgiansyah. Bryan Arya, Boaz Solossa, dan Vincent Wattimena menjadi trio gelandang serang untuk menopang pergerakan striker tunggal Gabriel Omar.
Brazil masih memainkan formasi terbaiknya dengan duet Neymar dan Leandro Damiao di depan. Merasa di atas angin tim Samba langsung mengambil inisiatif serangan dari awal babak pertama.
Menit 9’ Brazil memperoleh peluang emas hasil kerjasama Neymar dengan Lucas Moura. Moura yang tinggal berhadapan dengan Kurnia Meiga langsung menchip bola melewati Kurnia. Moura yang yakin bola sepakannya akan terjadi gol sudah bersiap rayakan gol. Dalam keadaan mustahil, Kurnia meloncat dan memukul keluar bola yang tipis nyaris lewati batas. Refleks luar biasa Kurnia yang mengingatkan saya pada penyelamatan Gordon Banks setengah abad lalu.
Merasa timnas kurang gereget, Yuli Sumpil, Ayi Beutik, Feri Indrasjarief, dan Maryadi selaku dirigen suporter mengangkat tangan tinggi teriak Indonesia dan membakar red flare untuk memompa semangat pemain timnas.
Dorongan semangat yang langsung memicu timnas untuk menyerang. Di menit 13, Wong memperoleh kesempatan emas setelah memperoleh sodoran bola dari Gabriel Omar, sayang tembakannya melayang tipis di atas gawang. Tapi, inilah momentum kebangkitan timnas. Setelah ini Garuda menguasai jalannya pertandingan.
Terus menyerang, akhirnya Indonesia bisa mencetak gol melalui Boaz Solossa di menit 30. Bola bergulir di sisi kiri pertahanan Brazil digiring oleh Boaz menembus penjagaan Rafael. Bermain umpan satu dua dengan Gabriel Omar, Boaz bisa mengecoh duet Juan Jesus dan Thiago Silva, dan Bam! Tendangan keras kaki kiri berhasil merobek gawang Brazil. Indonesia unggul 1-0.
Tersentak dengan gol dari Boaz, Brazil mulai bangkit. Rafael yang memenangkan perebutan bola dengan Bryan Arya, menyisir sisi kiri Indonesia dan diawasi oleh Ronald Prost. Bola diberikan kepada Oscar yang langsung melakukan solo run melewati Bustomi dan Seftia Hadi. Crossing yang dilepaskan Oscar berhasil diantisipasi Saman, sayang bola liar yang coba dibuang Egi tak sepenuhnya menjauh sehingga jatuh di kaki Hulk. Dengan tembakan kaki kiri ke arah sudut kiri gawang Indonesia, Kurnia gagal menjangkau, Gol!!! Brazil menyamakan kedudukan di menit 42.
Memasuki babak kedua, tempo permainan semakin cepat. Untuk memperkuat lapangan tengah, di menit 73 Gullit memasukkan Michael Simorangkir untuk menggantikan Egi Melgiansyah.
Bukannya mencetak gol, Indonesia justru berbalik tertinggal. Semenit setelah Michael Simorangkir masuk, Hulk mencetak gol keduanya setelah memanfaatkan assist jitu dari pemain anyar Chelsea, Oscar.
Menyadari waktu yang semakin sedikit, Gullit meminta Bryan Arya, Vincent Wattimena, dan Boaz Solossa bermain lebih cepat lagi. Asyik menyerang justru Indonesia kecolongan. Leandro Damiao mencetak gol ketiga setelah memperoleh umpan menyilang dari Marcelo, beruntung asisten wasit mengangkat bendera tanda offside.
Gullit kemudian memasukan Jafar Syafei dan menarik Vincent Wattimena keluar. Jafar di dua partai terdahulu bermain menawan dalam skema 4-3-3 bersama Gabriel Omar dan Boaz Solossa.
Masuknya Jafar Syafei langsung berdampak positif bagi permainan timnas Garuda. Menit 85 Jafar Syafei memberikan umpan pada Gabriel di daerah pertahanan Brazil. Dengan sekali gocek Gabriel bisa mengelabui Thiago. Tak egois, Gabriel justru memberi bola kepada Bustomi yang berada di posisi lebih baik, dengan sekali plesing bola, Bustomi menyamakan kedudukan.
Tersisa lima menit dan pertandingan semakin seru. Indonesia hampir mencetak gol ketiganya ketika Bryan Arya memperoleh peluang hasil aksi Michael Simorangkir. Sayang tendangan dari luar kotak penalti Bryan hanya menerpa tiang gawang.
Indonesia kembali memperoleh peluang emas di menit 91. Gabriel yang mengacak – acak kotak penalti Brazil berujung hadiah tendangan penalti setelah kapten mereka Thiago Silva menjatuhkan Gabriel dengan tackling keras. Namun, lagi – lagi keberuntungan belum memihak Indonesia. Sepakan Bryan Arya masih membentur tiang kanan.
Saat beberapa pemain masih menyesali kegagalan penalti, Brazil memanfaatkan kelengahan. Hulk yang menerima bola dari Thiago membawa bola dan memberikan umpan ke arah Leandro Damiao yang lolos dari kawalan Seftia Hadi dan dengan tendangan kaki kanannya Damiao mencetak gol ke 3 Brazil.
Selang beberapa detik kemudian, Mark Clattenburg meniup peluit tanda berakhir pertandingan. Brazil unggul 3-2 atas Indonesia dan berhak meraik medali emas.
Bagi Brazil ini adalah emas pertama bagi mereka di Olimpiade. Sebelumnya Brazil hanya mampu meraih perak di Olimpiade 1984 dan 1988. Sementara bagi Indonesia, kegagalan meraih emas memang disesali tetapi ini adalah medali pertama mereka di ajang sepak bola Olimpiade.
Baik Indonesia maupun Brazil, hari ini di stadion Wembley telah sama – sama menuliskan sejarah baru atas nama negara mereka. Dua pencapaian yang mengagumkan. Brazil semakin percaya diri menatap Piala Dunia 2014 yang akan dihelat di tanah mereka. Bagi Indonesia, ini adalah pelajaran penting bagi mereka untuk mempersiapkan diri lebih baik untuk menyongsong Piala Dunia 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H