Mohon tunggu...
Hussain Nahumarrury
Hussain Nahumarrury Mohon Tunggu... -

Kembali antusias untuk bercerita...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sinar Terang Indonesia di Olimpiade London 2012

28 Juli 2012   14:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

27 Juli atau 28 Juli dinihari waktu Indonesia, Olimpiade London 2012 resmi dibuka dengan opening ceremony yang luar biasa megah. Publik seluruh dunia pasti terpukau dengan kemegahan acara yang dirancang oleh Danny Boyle, yang dikenal luas sebagai sutradara mega film Slumdog Millionaire.

Kemeriahan Olimpiade sebenarnya sudah dimulai sehari sebelumnya saat pertandingan cabang sepak bola mulai dipertandingan. Walaupun aura gegap gempitanya masih di bawah Piala Dunia, Olimpiade kali ini menyimpan pesonannya sendiri. Banyak pemain top dunia yang ambil bagian. Bagi orang Asia, khususnya Indonesia, inilah saat yang dinantikan bagi mereka menyaksikan tim nasionalnya berlaga di ajang olahraga terakbar dunia.

Di London inilah penantian panjang selama 36 tahun terobati. Terakhir kali tim sepak bola Indonesia berlaga di Olimpiade Montreal 1976. Saat itu timnas tak bisa berbuat banyak karena langsung tersisih di babak pertama. Kali ini target memperoleh medali langsung dipasang mengingat performa menawan tim U-23 asuhan Ruud Gullit sejak babak kualifikasi.

Indonesia akan mengawali perjalanannya di Olimpiade dengan menantang juara Amerika Selatan, Uruguay. Indonesia yang diarsiteki Ruud Gullit menyiapkan strategi yang agak berbeda karena sang kapten Ahmad Bustomi tak bisa berlaga lantara akumulasi kartu. Ruud Gullit tidak memilih 4-4-2 seperti biasa tetapi lebih memilih formasi 4-2-3-1 yang lebih stabil di tengah.

“Saya dengar Jepang bisa mengalahkan Spanyol di Hampden Park, petang ini di Old Trafford, akan jadi giliran kita menuliskan tinta emas dengan mengalahkan Uruguay. Kita sudah bermain bagus sejak kualifikasi, tapi pertandingan di turnamen akan jauh lebih berat. Aku harap kalian percaya diri dan siap menghadapi Uruguay bagaimanapun cara mereka bermain,” papar Ruud Gullit saat teamtalk beberapa saat sebelum kick off.

Saman Alam Shah, bek asal klub Sawerigading FC dipercaya menjadi kapten lantaran Bustomi tak bisa berlaga. Michael Simorangkir diplot menemani Egi Melgiansyah sebagai jangkar menopang trio Bryan Arya, Boaz Solossa, dan David Laly. Sementara di depan, Gabriel Omar Baskoro, dipasang sebagai striker tunggal.

Uruguay yang mengandalkan duet striker Luis Suarez dan Edinson Cavani langsung mengambil inisiatif serangan. Beruntung kuartet lini belakang Alfin Tuasalamony, Gunawan Dwi Cahyo, Saman Shah, dan Ronald Prost bermain lugas dan disiplin.

Tendangan Suarez yang gagal dijangkau Kurnia Meiga di menit ’21 akhirnya membawa Uruguay unggul 1-0 hingga babak pertama usai. Menit ’54, Ramires yang memanfaatkan umpan terukur Cavani kembali memperdaya Kurnia Meiga. 2-0 Uruguay memimpin.

Sadar timnya tertinggal, Ruud Gullit langsung meminta asistennya, Erwin Koeman memberi instruksi pada Vincent Iwan Wattimena dan Hillaludin Ali bersiap. Wattimena dan Ali kemudian masuk di menit ’65 menggantikan Bryan Arya dan David Laly.

Indonesia mengambil inisiatif serangan dengan formasi 4-3-3 dengan trio Boaz-Gabriel Omar-Hilaludin Ali. Perubahan ini membuat skuad Garuda bisa menguasai permainan. Menit ’78, diawali dari pergerakan Boaz di sisi kanan pertahanan Albiceleste, dia mengirim umpan ke Gabriel Omar di tengah. Striker Jakarta Metropolitan ini tidak egois dan memantulkan bola dengan dada keluar kota penalti. Bek Urugay, Sebastian Coates dan Diego Polenta terkecoh, bola bergulir dan Vincent Wattimena yang berada di dekat bola, langsung menendang bola ke pojok kanan atas gawang, Gol! Indonesia memperkecil kedudukan 1-2.

Indonesia tak mengendurkan serangan. Pertahanan Uruguay mulai gugup menghadapi serangan bergelombang. Sebuah kesalahan di sisi kiri pertahanan Uruguay berhasil membuat Alfin Tuassalamony mencuri bola. Dengan cekatan bek Novarra ini melepaskan umpan ke tengah kotak penalti. Di sana ada Vincent Wattimena, bola dari Alfin disambut dengan tendangan pelan yang diberikan kepada Gabriel Omar. Tanpa ampun, bola diteruskan dengan tendangan first time kaki kiri Gabriel Omar. Bola keras gagal dihalau Martin Campana. Gol! ’88 Indonesia 2-2 Uruguay.

Meski gagal meraih kemenangan, tetapi mampu menahan seri Uruguay adalah sebuah prestasi yang patut disyukuri. Dua hasil memuaskan dari dua wakil Asia ini langsung menerbitkan asa publik Asia bahwa inilah saat di mana sepak bola Asia tak boleh lagi dipandang sebelah mata oleh orang Eropa dan Amerika Latin.

Keberhasilan Indonesia ini tak lepas dari pembinaan jangka panjang yang dilakukan sejak awal dekade 1970-an. Pemain negara ini kini mulai membanjiri klub top Eropa. Perpaduan antara pemain yang berlaga di luar negeri dan kompetisi nasional mampu membentuk kerangka tim yang solid.

Seperti halnya Jepang, Indonesia juga memiliki banyak pemain yang berkarir di Eropa. Sebut saja bek kiri Ronald Prost yang bermain untuk Sturm Graz, Austria, Alfin Tuasalamony (Novarra, Italia), Ahmad Bustomi (Schalke 04, Jerman), Egi Melgiansyah (Urawa Reds), Boaz Solossa (Zenith St. Petersburg, Rusia), serta Yericho Christiantoko yang baru masuk di babak kedua menggantikan Gunawan Dwi Cahyo, pemuda asal Malang ini bermain untuk Charleroi, Belgia.

Kehadiran pemain-pemain ini memiliki manfaat teknis maupun non teknis. Kehadiran mereka bisa memberikan masukan bagi pemain lain mengenai karakter bermain pemain-pemain yang akan jadi calon lawan hingga mengenai budaya dan cuaca untuk membantu beradaptasi selama perhelatan Olimpiade berlangsung.

Tak hanya itu, Liga Sepak Bola Utama Indonesia juga telah membantu negara lain menempa pemainnya. Jepang membawa tiga pemain yang berlaga di liga utama, yakni Gotoku Sakai yang bermain untuk Ombak Musi, Hiroshi Kiyotake bagi Harimau Medan, dan Kensuke Nagai di klub Mutiara Hitam. Ini bukti bahwa kompetisi nasional bisa membina pemain menjadi pemain kaliber dunia.

Partai perdana sudah dilalui dengan hasil yang memuaskan tetapi perjalanan masih panjang. Indonesia akan menjajal kekuatan tuan rumah Great Britain dan Senegal di partai grup selanjutnya. Sinar Asia sudah mulai menerangi London dan semoga ini bisa berlanjut. Indonesia memiliki kans besar untuk bisa terus melaju setidaknya hingga babak semifinal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun