Mohon tunggu...
M. Hasbie Dwitiya Wijaksana
M. Hasbie Dwitiya Wijaksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi billiard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Keharmonisan dalam Keberagaman: Tantangan dan Peluang di Era Modern

3 Januari 2025   10:44 Diperbarui: 3 Januari 2025   10:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan keberagaman yang luar biasa.  'Keberagaman ini terwujud tidak hanya dalam dimensi ras, kepercayaan, bahasa, dan nilai-nilai tradisional, namun juga dalam berbagai aspek kehidupan yang melambangkan keberagaman yang mendalam.'  Indonesia, yang memiliki arelago yang luas, etnis yang tak terhitung jumlahnya, beragam keyakinan, dan bahasa, merupakan gambaran internasional tentang masyarakat majemuk yang harmonis.  Namun seiring berjalannya waktu, keragaman ini seringkali menjadi sumber kendala.  Jika tidak dikelola dengan hati-hati, kesenjangan ini dapat memperbesar permusuhan dan memicu perselisihan.

Pada periode kontemporer yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi, integrasi di seluruh dunia, dan pergeseran masyarakat yang cepat, kesulitan dalam membina persatuan menjadi semakin rumit. Meskipun kemajuan besar telah dicapai di berbagai bidang, terutama di bidang teknologi, ekonomi, dan pendidikan, permasalahan yang berkaitan dengan kesenjangan, perselisihan komunal, dan perselisihan masyarakat masih menjadi perhatian besar.  Namun demikian, terlepas dari permasalahan ini, terdapat banyak kemungkinan untuk menumbuhkan komunitas yang lebih bersatu dengan strategi yang masuk akal, pembelajaran yang meluas, dan komunikasi antarkelompok yang difasilitasi oleh teknologi.

Tantangan dalam Membangun Keharmonisan dalam Keberagaman

1. Polarisasi Sosial yang Meningkat

Perpecahan sosial merupakan salah satu kesulitan besar dalam kehidupan sosial di Indonesia saat ini.  Perpecahan atau pemisahan ini biasanya terjadi di berbagai bidang kehidupan, termasuk pemerintahan, agama, etnis, dan kelompok pribadi.  'Selama kemajuan gadget, khususnya jaringan untuk koneksi sosial, perpecahan antar kelompok semakin meningkat.' Terkadang orang berbagi informasi tanpa memeriksa kebenarannya atau tidak.  Individu sering kali tetap terkurung dalam ranah data yang menyampaikan keyakinan mereka, dan menganggap perspektif yang berbeda sebagai sesuatu yang berbahaya.

Fenomena yang berulang ini, yang disebut sebagai "ruang resonansi", mencerminkan keterbukaan individu semata-mata untuk menegaskan rincian, sehingga mengabaikan atau mendiskreditkan data yang berlawanan. Dalam kondisi seperti ini, variasi dipandang bukan sebagai topik dialog, namun sebagai musuh yang harus ditaklukkan.  Polarisasi menjadi berbahaya ketika melanggar politik, menyebabkan perbedaan dalam preferensi kebijakan, permusuhan, dan meningkatnya perselisihan masyarakat.

Selain itu, perbedaan agama dan budaya juga dapat memperburuk polarisasi.  Belakangan ini, Indonesia telah menyaksikan berbagai insiden yang menunjukkan perpecahan di dalam dan di antara komunitas agama dan etnis yang berbeda, serta di antara para politisi.  Permasalahan dapat merusak hubungan antar manusia dan menimbulkan masalah bagi seluruh komunitas atau negara.

2. Ketidakadilan Sosial dan Kesenjangan Ekonomi

Ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi masih menjadi permasalahan serius yang menghambat terciptanya keharmonisan  keberagaman di Indonesia.  Indonesia  mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir, namun kesenjangan  antara  kaya dan miskin semakin lebar. Ketimpangan ini tercermin dalam ketimpangan akses  terhadap berbagai layanan dasar seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan yang layak.

Di banyak daerah, terutama di  luar Pulau Jawa, masyarakat miskin seringkali terpinggirkan dan tidak mempunyai akses yang sama terhadap manfaat pembangunan. Ketimpangan ini semakin memperburuk ketegangan antar kelompok, khususnya antara masyarakat yang tinggal di kota besar dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan dan daerah tertinggal. Masyarakat  miskin seringkali merasa diabaikan oleh negara dan  tidak dihargai oleh sistem sosial yang ada. Jika tidak segera diatasi, ketidakadilan ini dapat meningkatkan perasaan terisolasi dan memperburuk perpecahan sosial.

Terlebih lagi, ketidakadilan sosial yang terus berlanjut dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan dan kemarahan yang mendalam pada kelompok yang merasa terpinggirkan. Ketika kelompok-kelompok tersebut merasa  tidak diberi kesempatan yang sama, maka perasaan tidak adil tersebut dapat meningkatkan ketegangan sosial dan pada akhirnya memperburuk keharmonisan yang ingin mereka bangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun