Ada yang menarik ketika Capres PDI-P, Jokowi hendak memulai safari politiknya ke tokoh tokoh agama di pulau Jawa. Di Halim, meski diakui kebetulan, Jokowi bertemu dengan mantan Wapres Jusuf Kalla yang juga Ketua PMI. Beberapa waktu kemudian, Jokowi bertemu dengan Ketua KPK Abraham Samad di Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Entah kebetulan, cuma mereka yang tahu.
Terlepas unsur kebetulannya, setidaknya pertemuan itu memiliki beberapa pesan simbolik yang bisa dicermati. setidaknya, pencermatan pribadi. Dengan JK, Jokowi setidaknya menyampaikan pesan betapa dirinya dengan JK saling menghargai. Gesture yang disampaikan kedua tokoh di pertemuan ini menyiratkan adanya perasaan saling menghargai. Bisa jadi, ini sebagai bentuk bantahan atas banyaknya tanggapan miring akan adanya matahari kembar jika Jokowi-JK berpaket di Pilpres. Selain itu, pertemuan(kebetulan) ini juga Jokowi membutuhkan tanggapan dari masyarakat jika dirinya berpaket dengan tokoh yang identik dengan tagline Lebih Cepat Lebih Baik.
Kebetulan bertemu dengan Abraham Samad yang diselingi suasana saling puji, Jokowi setidaknya ingin menyampaikan pesan bahwa dirinya pro pemberantasan korupsi. Jokowi ingin membantah tuduhan banyak kalangan di SocMed, jika Jokowi hanyalah "cukong" kepentingan sejumlah golongan. Pertemuan ini pula, juga menjadi bahan pertanyaan Jokowi ke publik, lebih cocok mana, JK atau Samad..???
Pertemuan (Kebetulan) ini semakin membuat penasaran dengan kebetulannya Jokowi bertemu dengan 2 (dua) tokoh asal Kawasan Timur Indonesia itu. Tentunya dalam hitungan politik ke-Indonesia-an kita, selalu diwarnai dengan pertimbangan geo-politik dan hal primordial lainnya. Jawa dan Luar Jawa, Sipil dan Militer. Dalam konteks kekinian, JK dan Samad, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, merupakan 2 (dua) tokoh yang bisa dijadikan representase Indonesia Bagian Timur. JK sudah santer disebut bakal berpaket dengan Jokowi. Samad sudah pernah disebut dilirik oleh kubu Prabowo.
Kebetulan atau tidak, Politik adalah seni memainkan kemungkinan. kita yang diluar elit koalisi(kerja sama) politik, hanya bisa menduga dan bermain main dengan kemungkinan. Apapun kemungkinannya, hanya elit elit di pusaran politik Jokowi yang tahu. Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H