AKU SEKOLAH UNTUK MENJADI SEORANG BURUH
Lingkungan sekolah yang indah, cantik, elok dan selalu dipenuhi dengan beragan kegiatan tentunya membuat kita betah di sekolah. Sebaliknya, jika lingkungan sekolah kita buruk, fasilitas yang sedikit dan serba kurang pasti akan membuat kita merasa tidak betah di sekolah alias tidak krasan. Apalagi jika sampai tahu bahwasannya ada sekolah-sekolah lain yang begitu indah dan ditunjang pula dengan fasilitas yang begitu lengkap. Semua itu akan membuat kita semakin enggan untuk melangkahkan kaki ke sekolah karena keadaan lingkungan sekolah yang begitu buruk.
Lingkungan sossial juga termasuk dalam hal ini. Suasana kehidupan sosial yang buruk sehingga belainan dengan apa yang kita inginkan pasti akan membuat kita mudah merasa bosan.Â
Bayangkan jika sekolah kamu dekat dengan tempat pembuangan akhir yang pasti baunya menusuk hidung serta dekat dengan pabrik dan peternakan yang pastinya udaranya telah dipenuhi dengan polusi. Yang lebih bahaya lagi jika sekolah yang dekat dengan pusan perbelanjaan alias mall. Bisa jadi kita lebih memilih berangkat ke mall yang lebih indah dan asri dari pada sekolah yang tidak enak dipandang.
RENDAHNYA MUTU SEKOLAH KITA
Dari beberapa factor kelemahan yang telah kita bicarakan di atas kita bisa menemukan sebuah pengetahuan bahwasannya pendidikan kita mengahasilkan kualitas SDM (Sumbe Daya Manusia) yang cukup rendah. Dalam hal persaingan SDM, bangsa kita tampaknya  sangan tertinggal jauh disbanding dengan kualitas SDM dari negara-negara Asia lainnya.
Ada sebuah survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga internasional mengemukakan bahwasannya dari 16 negara yang telah mereka survey menujukkan bahwa kualitas mutu pendidikan yang ada di Indonesia menempati urutan yang paling akhir. Dibandingkan dengan anak SD/SMP di Malaysia, Singapura, dan Vietnam maka anak Indonesia berada pada tingkatan yang paling bodoh.Â
Dalam lingkup ASEAN, kemampuan Matematika dan IPA siswa Indonesia hampir menjadi yang terburuk, hanya berada satu tingkat dari posisi paling bawah yang ditempati oleh Filipina. Sehingga hal ini sangat kalah jauh dari apa yang dicapai oleh Singapura yang kemudian disusul oleh Malaysia dan Thailand dalam posisi di urutan atas. Â
Sistem pendidikan di Indonesia sejauh ini memang masih menghasilkan lulusan yang memliki tingkat kemandirian dan kewirausahaan yang rendah. Sebagian besar lulusan pendidikan di Indonesia hanya mampu bekerja pada bidang buruh atau karyawaan sebuah perusahaan. Sedikit sekali yang bisa ditemui lulusan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.Â
Persoalan ini tentu berkaitan dengan mutu kurikulum pendidikan. Maksudnya yaitu seharusnya apa yang telah diajarkan kepada para siswa membuat mereka mempunyai sikap kemandirian yang tinggi yang mana para siswa lebih siap untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka dapat di sekolah dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Di dalam bimbingan dan konseling ada kriteria masalah sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang tergolong serius, mempunyai sifat yang khas  dan cukup mengguncangkan kehidupan secara sosial maupun pribadi seorang konseli yang pada kasus di atas merupakan para siswa. Masalah yang dihadapi oleh para siswa itu mempengaruhi kehidupan pribadi maupun sosial dari konselinya.