Mohon tunggu...
Hasanudin
Hasanudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemuda Urakan Namun Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duka di Antara Aroma Kopi: Kisah Pilu Tukang Kopi Keliling di Kota Bandung

9 Januari 2024   18:44 Diperbarui: 17 Januari 2024   02:05 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kota yang terkenal dengan nuansa artistik dan keanekaragaman budayanya, terdapat kisah sedih yang melingkupi seorang tukang kopi keliling di Bandung. Dalam keindahan kota Paris van Java, terdapat pelukisan pilu yang memudar di balik gerobak kopi yang biasanya penuh warna.

Pak Surya, seorang tukang kopi keliling yang telah lama menjadi bagian dari jalan-jalan Bandung, kini harus merasakan getirnya kehidupan. Dia telah menjalankan usahanya selama satu dekade, memulai paginya dengan mempersiapkan kopi dan merapikan gerobak kecilnya yang selalu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Namun, sejak beberapa bulan terakhir, Pak Surya harus berhadapan dengan badai kehidupan yang sulit dipikul. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perubahan pola konsumsi membuat omzetnya menurun drastis. Bagi Pak Surya, gerobak kopi bukan hanya alat untuk mencari nafkah, melainkan menjadi sebagian besar hidupnya yang ia cintai.

Para pelanggan setianya juga merasakan kepedihan ini. Seorang mahasiswa bernama kemal, yang setiap pagi selalu menikmati kopi susu hangat dari gerobak Pak Surya, berkata sambil terisak, "Ini bukan hanya tentang kopi. Ini tentang hubungan, tentang kebersamaan. Pak Surya seperti penolong bagi kami di tengah riuhnya kota bandung dan pusingnya menjadi mahasiswa tingkat akhir"

Keberadaan Pak Surya di sudut kota Bandung juga memberikan warna tersendiri bagi lingkungannya. Setiap pagi, anak-anak yang berangkat kuliah menyapa dan tertawa riang ketika melintas di depan gerobak kopi. Namun, kini tempat itu terasa sunyi dan sepi.

Masalah semakin rumit ketika pandemi melanda 2021 lalu, memberikan pukulan tambahan pada usaha Pak Surya. Pembatasan sosial dan penutupan tempat-tempat umum membuatnya kehilangan sebagian besar pelanggannya. Gerobak kopi yang dulu dikelilingi oleh tawa dan cerita kini hanya bersuara sepi.

Untuk bertahan hidup, Pak Surya terpaksa mengurangi jam operasional gerobaknya dan memotong biaya produksi. Meskipun berusaha keras, tetapi gelombang kesedihan semakin menghampiri, dan kerinduan akan kehidupan yang dulu begitu cerah semakin dalam.

Sejumlah mahasiswa setempat mengetahui kisah sedih Pak Surya dan mencoba menyuarakannya ke publik. Mereka berharap bahwa cerita ini bisa menjadi refleksi bagi masyarakat untuk lebih menghargai peran tukang kopi keliling yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.

Kisah pak Surya bermula dari tekadnya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Dengan tekunnya, setiap pagi Surya mempersiapkan segala perlengkapan, termasuk termor berisikan air panas, untuk mulai menjajakan kopinya di sekitar kawasan perkotaan dan kantor-kantor.

Dalam perjalanannya, pak Surya telah membangun hubungan yang erat dengan pelanggan setianya. Mereka tidak hanya menikmati kopi, tetapi juga menghargai usaha keras pak Surya untuk menyambung hidup. Beberapa pelanggan bahkan memberikan dukungan lebih, dengan berbagi informasi mengenai lokasi strategis untuk menjual kopi. Meski terkadang pak Surya  menghadapi tantangan seperti cuaca buruk atau persaingan dengan kafe-kafe besar, ia tetap teguh melanjutkan perjuangannya. Ia bahkan sempat mencoba berbagai variasi menu agar dapat menarik lebih banyak pelanggan.

Dalam kepedihan ini, kita diingatkan bahwa di balik secangkir kopi yang kita nikmati, terdapat kisah hidup dan perjuangan yang tidak selalu indah. Semoga suatu hari nanti, gerobak kopi Pak Surya kembali menjadi tempat berbagi senyum dan kisah, dan Bandung kembali merasakan hangatnya aroma kopi keliling yang telah lama menjadi penanda kebersamaan. Semoga usaha keras pak Surya terus membuahkan hasil, dan cerita ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menghargai setiap perjuangan kecil demi keluarga tercinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun