Pendidikan yang berpusat pada murid kini semakin relevan di era modern, dan salah satu pendekatan yang efektif adalah penerapan scaffolding dalam Zone of Proximal Development (ZPD). Sebelum memulai pembelajaran tentang topik ini, saya hanya memahami scaffolding sebagai bentuk bantuan guru agar siswa dapat memahami materi yang lebih kompleks. Namun, selama proses pembelajaran, saya menyadari bahwa scaffolding tidak hanya tentang bantuan teknis, melainkan juga pendekatan strategis untuk mendukung perkembangan siswa secara mandiri.
Pembelajaran ini semakin memperkaya wawasan saya saat berdiskusi dengan rekan-rekan di ruang kolaborasi. Kami mendalami pentingnya menyesuaikan bantuan dengan kebutuhan siswa dan mempelajari beragam teknik scaffolding yang bisa digunakan pada tingkat kemampuan yang berbeda. Kolaborasi ini membantu kami memahami bahwa setiap siswa memiliki ZPD yang unik, sehingga pendekatan yang diterapkan harus fleksibel dan disesuaikan dengan konteks mereka.
Dari demonstrasi kontekstual, saya belajar bahwa memahami situasi kelas dan siswa secara lebih mendalam sangat penting. Setiap siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan proses scaffolding harus memberikan dukungan yang cukup, namun juga mendorong kemandirian. Refleksi diri menjadi kunci dalam proses ini, baik bagi guru maupun siswa.
Salah satu pemahaman baru yang saya dapatkan adalah bahwa scaffolding bukanlah pendekatan seragam untuk semua siswa. Saya menyadari bahwa peran guru adalah membantu siswa berkembang dengan memberikan bantuan yang tepat dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut seiring siswa semakin mandiri.
Pembelajaran ini sangat relevan dengan konsep differentiated instruction dan culturally responsive teaching, di mana saya belajar pentingnya mengakomodasi kebutuhan belajar individu. Sebagai calon guru, saya merasa lebih siap menerapkan strategi ini untuk mendukung siswa mencapai potensi terbaik mereka.
Saat ini, saya menilai kesiapan saya untuk menerapkan scaffolding berada di skala 8 dari 10. Meskipun saya telah memahami konsep dasar dan beberapa tekniknya, saya masih perlu lebih banyak praktik untuk menyempurnakan penerapan strategi ini di kelas. Ke depan, saya akan memfokuskan diri pada pengembangan alat observasi dan strategi reflektif untuk memastikan bahwa proses scaffolding yang saya terapkan berjalan optimal.
Scaffolding bukan hanya tentang memberikan bantuan, tetapi juga tentang mendorong siswa untuk mengambil kendali atas pembelajarannya. Dengan penerapan yang tepat, kita dapat menciptakan pendidikan yang benar-benar berorientasi pada murid dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H