Jika kata orang bijak pengalaman adalah guru terbaik, maka bagiku menjadi guru adalah pengalaman terbaik. Kemarin ini, atau tiap 25 November selalu dirayakan sebagai Hari Guru. Sajak, lagu, puisi dan riauhan surprise terlontar dari ribuan siswa untuk para guru mereka di moment tersebut. Benar juga bila guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah sosok manusia mulia yang mengabdikan dirinya demi pendidikan nusantara.
Dari kacamata pendidikan Islam, guru memiliki posisi dan peran yang sangat penting dan strategis. Islam memandang aktivitas mendidik dan mengajar adalah aktivitas mulia. Maka, orang-orang yang mendidik dan mengajar haruslah orang yang mulia kualitas dirinya, indah moral akhlaknya, sejuk ucap perangainya. Jika mengkaji Al-Qur’an lebih dalam, kita akan menemukan bahwa aktivitas mendidik (mengajar) bahkan dinisbatkan kepada Allah dan rasul-Nya. Kita simak surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2, “(Allah) Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.”
Lalu, lihatlah di surat Al-Jumu’ah ayat 2, “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah) meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Dalam falsafah Jawa 'guru' itu digugu dan ditiru. Seorang guru harus digugu artinya setiap perkataan yang diucap harus bisa menjadi panutan. Tiap kalimat yang terlontar selalu memotivasi, menginspirasi. Sedang ditiru berarti tidak hanya perkataan guru saja yang bisa dijadikan panutan, lebih dari itu sikap dan semangatnya pun harus menjadi teladan pertama bagi muridnya. Sebab apa yang diucap dan atau disikap akan dianggap baik oleh murid. Apa yang diujar di telinga murid selalu dianggap benar.
Demikianlah guru, perkataan dan tindak tanduknya selalu terekam baik di memori murid. Tak heran, bilamana menjadi guru sejatinya adalah mendidik diri sendiri. Menjadi guru itu berproses dalam perubahan diri ke arah yang lebih baik sebelum mendidik dan memperbaiki peserta didik. Benar juga yang dikatakan James Baldwin, children have never been very good at listening to their elders but they have never failed to imitate them. (Anak-anak tidak pernah pandai mendengarkan apa yang dikatakan para orangtua (guru) tapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru mereka).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H