Mohon tunggu...
hasan sebastian
hasan sebastian Mohon Tunggu... -

mahasiswa penerima beasiswa dari Yayasan Baitul Mal (YBM) BRI, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Guru

26 November 2015   11:50 Diperbarui: 26 November 2015   12:21 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kata orang bijak pengalaman adalah guru terbaik, maka bagiku menjadi guru adalah pengalaman terbaik. Kemarin ini, atau tiap 25 November selalu dirayakan sebagai Hari Guru. Sajak, lagu, puisi dan riauhan surprise terlontar dari ribuan siswa untuk para guru mereka di moment tersebut. Benar juga bila guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah sosok manusia mulia yang mengabdikan dirinya demi pendidikan nusantara.

Dari kacamata pendidikan Islam, guru memiliki posisi dan peran yang sangat penting dan strategis. Islam memandang aktivitas mendidik dan mengajar adalah aktivitas mulia. Maka, orang-orang yang mendidik dan mengajar haruslah orang yang mulia kualitas dirinya, indah moral akhlaknya, sejuk ucap perangainya. Jika mengkaji Al-Qur’an lebih dalam, kita akan menemukan bahwa aktivitas mendidik (mengajar) bahkan dinisbatkan kepada Allah dan rasul-Nya. Kita simak surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2, “(Allah) Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.”

Lalu, lihatlah di surat Al-Jumu’ah ayat 2, “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah) meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Dalam falsafah Jawa 'guru' itu digugu dan ditiru. Seorang guru harus digugu artinya setiap perkataan yang diucap harus bisa menjadi panutan. Tiap kalimat yang terlontar selalu memotivasi, menginspirasi. Sedang ditiru berarti tidak hanya perkataan guru saja yang bisa dijadikan panutan, lebih dari itu sikap dan semangatnya pun harus menjadi teladan pertama bagi muridnya. Sebab apa yang diucap dan atau disikap akan dianggap baik oleh murid. Apa yang diujar di telinga murid selalu dianggap benar.

Demikianlah guru, perkataan dan tindak tanduknya selalu terekam baik di memori murid. Tak heran, bilamana menjadi guru  sejatinya adalah mendidik diri sendiri. Menjadi guru itu berproses dalam perubahan diri ke arah yang lebih baik sebelum mendidik dan memperbaiki peserta didik. Benar juga yang dikatakan James Baldwin, children have never been very good at listening to their elders but they have never failed to imitate them. (Anak-anak tidak pernah pandai mendengarkan apa yang dikatakan para orangtua (guru) tapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru mereka).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun