Mohon tunggu...
Hasannudin udin
Hasannudin udin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Islam Al-Azhar Bumi Serpong Damai

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antara Kecemasan dan Harapan dalam Doa

3 September 2024   10:57 Diperbarui: 3 September 2024   11:07 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doa sudah kupanjatkan dengan tida k henti-hentinya dan ikhtiar sudah dilakukan dengan keras serta inovatif namun, hidup ini belum berubah masih tetap seperti sedia kala.

Apakah ada doa-doa yang kupanjatkan masih ragu  atau doa-doa yang kupanjatkan,  itu hanya ucapan semata tidak menyatu dengan jiwaku.

Ataukah usahaku selama ini  masih salah atau tidak tepat, sehingga membawaku  pada kegagalan-kegagalan .

Apalagi yang harus dilakukan  di tengah gelombang kehidupan yang semakin keras, dan masih gelapnya kehidupan.

Doa dan ikhtiar seperti apal lagi yang harus dilakukan, agar perubahan kehidupan ini  menjadi kenyataan dan bukan pada alam mimpi. 

Bisakah dengan doa-doa yang berbeda atau dengan ikhtiar yang berbeda bisa membuka belenggu penyebab kegagalanku, dan berkahir dengan kehidupan yang membaik.

Apakah mungkin kegagalanku karena aku terlau sombong  denga usahaku sangat baik, pasti Tuhan tunduk pada keinginanku yang  dipanjatkan  dalam doa-doaku.

 Tuhan tidak suka diteror melalui  untaian doa-doa  yang kupanjatkan, karena Tuhan memiliki kehendak bebas yang tiada terbatas , apakah ini penyebab kegagalanku  memperbaiki kehidupan.

Ketika aku mendikte Tuhan melalui doa yang kupanjatkan , tidak ada gelombang yang menyatukan antara aku dengan Tuhan .Karena Tuhan memiliki kehendak bebas yang tidak bisa diintimidasi oleh siapapaun.

Dengan doa yang kupanjatkan tanpa mendikte Tuhan,  disertai ikhtiar  tanpa putus asa sambil berpasrah diri atas takdir Tuhan, harapannya terjadi pertemuan gelombang Tuhan dan aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun