Mohon tunggu...
Cecep Hasannudin
Cecep Hasannudin Mohon Tunggu... -

Anak rantau yang baru bisa baca dan nulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahasiswa Indonesia di Belanda Pilih Jokowi

18 Juni 2014   18:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:15 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403065783585945349

[caption id="attachment_329579" align="aligncenter" width="448" caption="Ilustrasi diambil dari: www.maulanagothic.wordpress.com"][/caption]

Kabar gembira bagi pasangan capres-cawapres Jokowi-Kalla. Pasalnya, pasangan yang diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Hanura, PKPI, dan PKB ini mendapat dukungan tambahan dari para mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Belanda. “Hei, asal loe tahu, ntar gue coblos Jokowi!” tulis kawan saya melalui pesan facebook-nya

Saya pun tentu penasaran, kenapa teman saya yang sedang melanjutkan S-2 di negeri yang pernah menjajang Indonesia, itu akan pilih mantan walikota Solo pada 9 Juli 2014. Dan kenapa enggak nyoblos Prabowo yang dikenal lebih piawai dalam setiap orasinya. “Simple, San. Jokowi kagak mencalonkan diri, tapi dicalonkan. Bukannya pemimpin itu harusnya begitu?”

Obrolan kami terus berlanjut, walau dipisahkan jarak yang teramat jauh. Dia meneruskan argumennya tentang alasan akan pilih Jokowi. “Amanah itu dikasih, bukannya diminta. Habis itu, Jokowi udah pengalaman jadi pemimpin daerah. Dia jadi tahu apa yang dibutuhkan daerah, yang diminta dari pusat itu apa. Presiden Indonesia selama ini belum pernah ada yang pengalaman mimpin daerah, semuanya elit politik.”

“Bukannya Jokowi enggak amanah? Periode kedua di Solo enggak sampai tuntas langsung ke Jakarta. Jakarta belum beres jabatannya, udah nyapres. Gimana itu?” kata saya mencoba mengorek lebih jauh, kenapa dia harus pilih suami Iriana pada Pilpres 2014 ini—walau kader PDI Perjuangan itu dianggap hianati jabatan. Lantas, apa jawaban mahasiswa kedokteran itu?

“Iya, tapi bukan keinginan dia pribadi, kan? Diminta partai pengusung dia. Dan buat gue, enggak masalah, selama itu buat kebaikan. Toh kebijakan dia sebagai gubernur suka terbentur sama pusat. Kalau dia di pusat (presiden), dia lebih leluasa ngatur, makin klop sama Ahok.” Tak sampai di sana, teman saya yang S-1 nya diselesaikan di kampus swasta di Jakarta, ini menceritakan pengalamannya sebelum kota itu dipimpin Jokowi-Ahok.

“Reformasi birokrasi emang udah terbukti di Jakarta sejak Jokowi-Ahok mimpin. Zaman gue kuliah dulu, amit-amit susahnya bikin KTP, apalagi buat yang Kristen. Teman satu kosan gue sampai terpaksa agamanya dibikin Islam baru bisa dibuat. Miris. Tapi itu kenyataannya dulu. Tapi sejak zaman Jokowi-Ahok kagak lagi.” Wah, sampai segitunya, ucap saya dalam hati.

Saya tanya lagi, apakah yang akan pilih Jokowi nanti hanya teman saya saja, atau mahasiswa-mahasiswa lain juga akan memilih pengusaha mebel itu pada 9 Juli nanti? “Rata-rata, sih ke Jokowi. Kalau sama Prabowo ada sentimen pribadi. Rata-rata mahasiswa Indonesia di luar negeri Chinese, San. Tahu sendirilah. Tapi, ya feeling gue tetap menang golput. Gue aja terancam golput walau enggak pengen.”

Saat saya tanya kenapa teman saya itu bisa terancan golput—dia langsung jawab, ”Gue belum masuk DPT. Masih bisa milih, tapi harus ke kantor KBRI. Jauh, iya kalau sempat.” Yang saya masih penasaran itu soal sentimen terhadap Prabowo—walau saya bisa menebak bahwa teman saya itu akan bilang Prabowo tersandung kasus HAM pada 1998, yang belum pernah jelas duduk soalnya dan bahkan belum terbukti.

“Lagian enggak bosen apa presiden dari militer lagi?” tulis teman itu mengakhiri percakapan kami di facebook.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun