[caption id="attachment_352299" align="aligncenter" width="300" caption="Foto diambil dari: www.harianterbit.com"][/caption]
Tak ada gunanya kita gusar atas rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Tenang aja, keles! Kalau saja di antara kita cemas hanya gara-gara itu, secara tidak sadar kita telah gagal menjadikan Tuhan sebagai sandaran. Kenapa? Mau apa pun yang terjadi, bila komunikasi kita dengan Tuhan sudah intim dan benar, kita tak akan dilanda galau berlebihan, apalagi sekadar harga BBM naik, ah kecil!
Kita tak bisa berbuat banyak. Berharap DPR supaya menggagalkan kenaikan BBM, misalnya, ah itu bukan solusi. Bagaimana kita mau berharap kepada mereka, wong mereka berseteru karena berebut jabatan? Atau berharap kepada presiden baru? Ah, sudahlah. Jadikan pelajaran, bahwa berharap kepada manusia hanya akan beroleh kecewa.
Saya katakan, mau apa pun yang terjadi di negeri tercinta ini, asal hati kita fokus kepada Dia Yang Maha Kaya, saya yakin kita tidak galau seperti kebanyakan orang—yang menganggap, naiknya harga BBM bakal menyengsarakan mereka. Saya pikir, ini soal maindseat. Berubahnya harga BBM dari biasanya bukanlah bencana besar bagi negeri ini. Tenanglah.
Lebih baik kita ucapkan terimakasih atau alhamdulillah begitu pemerintah resmi mengumumkan harga BBM naik. Sambut itu dengan gembira, bukan duka. Terima itu dengan lapang dada, bukan cerca. Jika teriakan, keluhan, dan ocehan kita bakal mengubah situasi, misalnya harga BBM batal naik, itu baru jitu.
Kalau tidak? Itu yang payah dan hanya sia-sia belaka. Tuhan akan tetap kasih kita rezeki kalau kita mau berusaha. Justru, kabar baik naiknya harga BBM, bagi orang yang optimis dan berpikir positif, itu ajang bagi dia untuk bekerja keras bagaimana caranya, misalnya dia cari penghasilan tambahan dari pekerjaan utama.
Sayangnya, menemukan insan yang demikian tidak mudah. Kebanyakan kita lebih mendahulukan ego dan emosi ketika harus menghadapi persoalan yang bakal mengacak-acak hajat hidupnya. Padahal, andai hubungannya dengan Tuhan itu baik selama ini, pastilah akan ditanggapi dengan bijak. “Ah, biasa BBM naik. Asal iman kita gak turun!”
Menurut saya, sudah seberapa benar dan dekat kita dengan Tuhan? Bila mendekati-Nya saja masih menganggap sebagai freelance, ya wajar, sedikit-sedikit kita gusar, cemas, ngeluh, berpikir negatif , menatap pesimis, dan menganggap kita ini bakal sengsara. Kunci sekaligus gemboknya, dekati Tuhan sebelum harga BBM benar-benar naik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H