Mohon tunggu...
Hasan Muhtar
Hasan Muhtar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Politician & Entrepreneur

Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Lulusan FH Trisakti Angkatan 2003 Organisasi : Sekretaris GP Ansor Kota Bekasi, BPC HIPMI Kota Bekasi, Anggota Dewan Transportasi Kota Bekasi (DTKB), Fungsionaris Partai Golkar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tergradasinya Nilai Komunikasi Hati ke Hati

30 September 2019   22:30 Diperbarui: 30 September 2019   22:34 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini saudara kita yang tidak sejalan dengan pemerintah (saya tidak mau menyebutnya sebagai "pembenci" pemerintah) semakin terhalusinasi, hampir minim filter referensi informasi. Pada tingkat kontaminasi level yang tinggi rasional tidak lagi di kedepankan, yang penting ngotot dulu pokoknya segala sesuatunya salah. Tidak peduli kawan atau saudara pokoknya ngotot dulu salah dan perspektif yang dimilikinya adalah benar. .

Cukup mencengangkan adalah ketika kita yang mencoba membawa frekuensi positif pun akan seperti angin lalu, tidak sedikitpun bergeming. Karena mereka seperti mesin yg tidak akan berenti, tidak peduli lagi dengan akibat konflik sosial yang akan bisa di timbulkan. Konflik hanya akan membawa keburukan terhadap siapapun anak bangsa karena hanya membawa tangis dan penderitaan.

Padahal hal itu bisa dibawa biasa saja dengan mengedepankan komunikasi pendekatan, karena setiap pendapat itu bisa dari berbagai perspektif, seharusnya kita semua sadar yang menyatukan kita itu rasa persaudaraan, sebagai anak bangsa yg hidup di tanah yang sama, menghirup udara yang sama, meminum air yang sama, tanah air Indonesia.

Keadaan ini seolah dibuat kian mencekam karena saudara - saudara kita ini semakin masif menyebarkan narasi - narasi negatif dan provokatif. . Ketika semua ingin menjadi api lalu siapa yang menjadi airnya, padahal dalam kehidupan ini juga ada bagian tanah dan udara.

Ini bentuk keprihatinan, bukan bentuk tuduhan karena saya mengalaminya sendiri, dan saya yakin sebagian orang yang membaca ini pun demikian. Bagaimana kawan kita, sahabat kita, bahkan saudara kita terbawa arus gelombang tersebut, saya menyebutnya dengan gelombang Penjajahan Pikiran.

Salah satu faktor pemicunya adalah peradaban digital hari ini yg begitu mendominasi. Pembicaraan, komunikasi dan silahturahmi dirasa cukup secara digital, sehingga menggradasi nilai - nilai connecting hati ke hati. Ini menjadi dua sisi mata pisau bisa yang berlawanan satu dapat bermanfaat tapi di sisi lain bisa begitu berbahaya karena dapat melukai bahkan merusak.

Keadaan ini terus menekan nilai - nilai kebudayaan dan adat kita, dimana kita di takdirkan sebagai bangsa yang ramah, selalu ada nilai silahturahmi dalam tiap tatanan kehidupan. Nilai moralitas bangsa ini kian menurun, generasi kita semakin individualis, karena tanpa interaksi sosial generasi kita sekarang merasa sudah cukup dalam berkehidupan bermasyarakat.

Penulis ingin mengajak agar kita semua dapat mengambil peran dari sisi yang lain, jangan semua berebut kebenaran atau merasa paling benar, tapi mari kita berebut kebaikan siapa yang paling baik. Jika ber medsos, ber medsos lah yang baik, posting yang baik, sharing yang baik, upload yang baik, coment yang baik, bahkan bacalah berita yang baik. Kita perkuat nilai - nilai silahturahmi, gotong royong, dan memperkuat nilai - nilai budaya bangsa kita. (HM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun