KTT BRICS mendatang di Kazan, Rusia dapat menandai titik balik dalam sejarah geopolitik global di tengah erosi perlahan tatanan dunia Barat yang cenderung uni polar , langkah ekspansi BRICS menciptakan keseimbangan baru, didorong oleh koalisi yang tampaknya semakin bertekad untuk memetakan jalannya sendiri.
BRICS adalah sebuah organisasi aliansi yang berdiri 10 tahun lalu dengan tujuan menjadi perwakilan negara-negara berkembang yang tidak terafiliasi kepada dunia Barat. BRICS akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa.
Para pemimpin BRICS bersikeras bahwa kelompok ini akan menjadi sebuah kekuatan Perubahan. Negara-negara BRICS menginginkan diri mereka sebagai juru bicara negara-negara berkembang. Negara-negara BRICS secara bersama-sama saat ini mewakili hampir seperlima dari perekonomian global.
Pertemuan 24 kepala negara dari berbagai negara itu akan dihadiri Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ini akan mengirimkan sinyal kuat bahwa dunia sedang bergerak menuju tatanan baru.
Secara tradisional, PBB telah dilihat sebagai benteng multilateralisme pasca Perang Dunia II, tetapi keselarasannya dengan kekuatan Barat dipertanyakan.
KTT di Kazan ini dapat menjadi katalisator bagi reposisi strategis, di mana PBB mungkin berupaya menavigasi antara aliansi lama dan tren yang muncul.
BRICS tidak lagi sekadar koalisi ekonomi; mereka menegaskan diri mereka sebagai alternatif yang layak bagi dominasi historis negara-negara Barat.
Dunia uni polar, seperti yang kita ketahui, tampaknya mulai memberi jalan bagi era multipolar, di mana beberapa kekuatan baru mengklaim tempat mereka yang sah dalam proses pengambilan keputusan global.
KTT Kazan merupakan kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya bagi BRICS untuk menyusun peta baru kerja sama internasional. Para kepala negara yang hadir akan membahas banyak isu, mulai dari ekonomi hingga keamanan, termasuk tantangan lingkungan.
Dengan membentuk aliansi strategis, kelompok ini, yang mewakili lebih dari 45% populasi dunia, tidak hanya berusaha memperkuat pengaruhnya tetapi juga menawarkan platform alternatif bagi negara-negara berkembang yang sering merasa terpinggirkan dalam lembaga-lembaga tradisional Bretton Woods seperti IMF atau Bank Dunia.
Diskusi-diskusi ini dapat menghasilkan kesepakatan yang, tergantung pada cakupannya, dapat mendefinisikan ulang aturan-aturan permainan ekonomi internasional.