[caption caption="Ade Komaruddin"][/caption]Awal tahun 2016 Ade Komaruddin oleh sahabat-sahabatnya di juluki sebagai LGBT, yang berarti Laki-Laki Ganteng Banyak Teman. Julukan ini diberikan oleh sahabat-sahabatnya dalam menilai Akom (sapaan akrab Ade Komaruddin) yang sangat setia kawan, terbuka pada siapa saja tanpa ada sekat yang membatasi secara strata social atau golongan. Bagi Akom semua orang adalah sahabat dan sebuah perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam hidup itu hal yang biasa, perbedaan-perbadaan tersebut tidak membuat hubungan kemanusiaan dan persahabatan satu dengan yang lain mengalami akhir yang buruk.
Sifatnya yang ramah dan penuh dengan sopan santun memancarkan pesona yang membuat orang lain merasa sangat senang adalah sifat dasar dari seorang Ade Komaruddin. Hal itu terjadi sejak Akom masih duduk di bangku sekolah, bersahabat dan bermain selayaknya anak-anak kampong benteng di daerah Purwakarta Jawa Barat. Ketika melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, dan aktif diberbagai organisasi khususnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Akom mengembangkan persahabatan secara terorganisir yaitu kelompok-kelompok studi atau kajian lingkaran kemahasiswaan.
Mengadakan diskusi dan dialog lintar mahasiswa, yang kadang-kadang membuat sahabat-sahabatnya bosa dengan pembicaraan politik dan politik yang selalu Akom bicarakana dalam setiap pertemuan, dari itu pula teman-teman kuliahnya menjulukinya sebagai Akom Politik. Karena kerap membicarakan tentang dinamika politik di zamannya jauh melampui pikiran teman-temannya yang lain.
Persahabatan bagi Akom adalah sebuah kekuatan untuk memudahkan perjuangan kita dalam meraih kesuksesan. Sifat-sifat ramah dan asik tetap ia pelihara dan kembangkan menjadi satu modal politik social. Menjalin hubungan persahabat dengan sesame politisi, lintas partai, lintas daerah, lintas golongan, dengan anggota wartawan, dengan masyarakat umum, dengan masyarakat biasa, dengan karyawan-karyawan perushan, dengan mahasiswa dan lain-lain. Karena Akom adalah orang yang selalu menjaga hubungan baik dengan teman, tentu dia snagat hati-hati dalam memberikan komentar atau pandnagan politik yang dapat menyinggung sahabat-sahabatnya yang lain.
Untuk itu, sangat tidak benar apa yang diberitakan oleh Tribunnews.com (Rabu, 6 April 2016) yang memberitakan bahwa Ade Komaruddin menyebutkan “Pikiran Anggota DPR dan wartawan sesat”. Penulis tidak paham bagaimana alur pikiran wartawan, mereka padahal memahami betul maksud apa yang disampaikan oleh Akom dalam penjelasan panjang dan sistematisnya, namun di potong dan diperdengarkan bahwa seolah Akom mengatakan anggota DPR dan wartawan memiliki pikiran sesat. Tribunnews.com telah memotong penjelasan tersebut secara sengaja dengan tujuan untuk merusak nama baik seseorang dan tujuan meningkatkan retting media dengan cara menfitnah orang lain.
Sikap jurnalistik seperti itu sangat tidak dibenarkan dalam logika sosial, sebab terkait dengan ucapan tersebut sesungguhnya sangatlah panjang lebar, tetapi oleh Tribunnews.com sengaja di potong dan di edit. Dalam video yang diunggah melalui akun “Wakil Rakyat” yang berdurasi 15 detik tersebut terlihat Akom menyampaikan "Anggota DPR yang pikirannya sesat, menjadi lurus,".
Sebenarnya itu adalah pernyataan tentang penjelasan terkait salah satu alasan rencana pembangunan perpustakaan DPR. Bahwa dengan adanya perpustakaan dapat meningkatkan minat baca anggota DPR, menciptakan iklim intelektual dilingkungan parlemen, sehingga dengan aktifitas-aktifitas intelektual seperti itu dapat meluruskan pikiran-pikiran yang sebelumnya sesat menjadi lurus, karena lewat buku kita akan menemukan banyak pengetahuan baru dan membukakan jalan bagi orang yang membaca untuk memahami dan menafsirkan apa yang dipahaminya.
Artinya, konteks pembicaraannya adalah tentang “aktifitas membaca atau intelektual” di lingkungan parlemen khususnya bagi anggota DPR. Bukan konteknya “menghina bahwa DPR dan wartawan pemikirannya sesat”. Dua hal yang sangat jauh untuk dihubungkan, dan suatu hal yang sangat rasional dan KEBENARAN bahwa jika seseorang rajin membaca buku akan menjadi pintar, jika sebelumnya sulit memahami sesuatu namun setelah membaca banyak buku akan lebih mudah memahaminya., jika sebelumnya tidak memiliki pengetahuan apa-apa namun setelah membaca banyak buku akan banyak informasi pengetahuan yang diperoleh. Hal-hal seperti demikianlah yang ingin diciptakan atau dimaksud kan oleh Ketua DPR RI Ade Komaruddin.
Entah, apakah memang wartawan yang menuliskan berita ini tidak paham ataukah memang sengaja. Jika sengaja maka itu suatu hal yang tidak dibenarkan, namun jika itu tidak paham maka benar apa yang dikatakan oleh Akom bahwa wartawan yang seperti ini harus banyak membaca buku agar lebih pintar lagi menulis berita.
Sebuah pernyataan narasumber haruslah dipahami secara utuh dan komperehensif, oleh wartwan pemburu berita agar tidak menimbulkan persoalan baru atau dapat merugikan orang lain. Cara pengutipan pun haruslah tetap objektif sesuai dengan apa yang dikatakan oleh narasumber.jika tidak sesuai maka itu sesungguhnya bukan sebuah berita tetapi sebuah presepsi si pembuat berita terhadap objek pemberitaan, didibuat seolah itu adalah pernyataan yang disampaikan oleh objek dari berita. Cara seperti ini adalah sebuah tindakan koruptif infomasi dilakukan oleh media yang harus segera di hentikan.
Pada prinsipnya, Ade Komaruddin tidak sejahat itu terhadap wartawan atau anggota DPR yang lain, sebaliknya Akom sangat disenangi oleh wartawan khususnya wartawan-wartawan di lingkungan parlemen. Pembawaannya yang ramah dan terjalin keakraban yang kuat dari kalangan wartawan. Dengan itu sangat kontras dengan apa yang diberitakan oleh Tribunnews.com melalui video pendek yang sengaja di edit tersebut. Dan sesama anggota DPR pun Akom tidak memiliki persoalan, baik internal Fraksi maupun dengan Fraksi-Fraksi yang lain, begitu juga dengan komisi-komisi, Akom tidak memiliki persoalan dari segi hubungan emosional dengan siapapun.