Orang pintar punya cara. Dia membodoh-bodohi orang bodoh karena tidak sepintar dia. Dia menasehati orang bodoh agar tidak bodoh.
Orang bodoh punya cara. Dia tidak mau kalah. Dia katakan, "Percuma pintar jika pintarnya tidak berguna buat orang." Dia menasehati orang pintar agar bermanfaat.
Orang pintar lebih mudah menasehati orang bodoh agar tidak bodoh; karena merasa lebih pintar.
Orang bodoh lebih mudah menasehati orang pintar agar tidak sombong; karena merasa direndahkan.
Jadilah orang pintar yang berguna dan tidak sombong.
Jangan jadi orang bodoh yang sudah bodoh, tidak berguna, sombong pula.
Pintar namun sombong masih lebih bisa dianggap punya kelebihan jika dibandingkan bodoh namun sombong. Betapa seringnya orang bodoh menganggap orang pintar begitu sombong, sembari menyuruh orang pintar mengaca sementara dirinya tak pernah mau mengaca dan melihat betapa bodohnya dirinya.
Seperti orang miskin dan orang kaya. Kiaskan saja. Orang miskin lebih sulit mengaca dibandingkan orang kaya. Orang miskin lebih mudah menyuruh orang kaya atau orang lain siapapun untuk mengaca.
Orang bodoh dan orang miskin:
"Sulit memberi udzur pada orang lain namun selalu meminta udzur pada diri sendiri"
Ketika untuk orang lain, menuding begitu mudah. Adapun untuk diri sendiri, menuding begitu susah.
Ketika di atas, merasa tinggi sekali. Namun ketika ketahuan posisinya di rendahan, memohon-mohon pengertian.
Seperti:
Berlagak ibarat orang besar petantang-petenteng, ketika dikejar-kejar dan divonis dengan hukuman, senjatanya keluar: "Maaf, om, kami hanya rakyat kecil."