Kalau begitu... penyusup-penyusup itu malah bisa jadi dari.... Bisa jadi, ya. Namun bisa jadi juga mereka dari kelompok tertentu yang memiliki agenda tertentu pula. Tapi bukan tidak mungkin pula mereka berasal dari lembaga atau badan tertentu. Jadi memang agak rumit. Tapi buat polisi dan intelejen, sebenarnya ini sudah di luar kepala. Perkara-perkara seperti ini, sih, sudah khatam bolak-balik.
Sekarang, mari bertanya, mengapa para mahasiswa, pelajar, dan masyarakat ikut demo? Apakah mereka tahu isi draf RUU Cipta Kerja itu sehingga mereka ikut demo?
Pelajar mungkin, maaf, hanya sekadar seru-seruan, bisa jadi juga mereka terinspirasi oleh sukses senior mereka saat menolak hasil Pemilu 2019. Sementara masyarakat mereka hanya berempati karena mereka merasa senasib. Sedangkan mahasiswa, mereka memang selalu menjadi garda terdepan dalam pembelaan hak-hak rakyat yang dinistakan, ketimpangan, ketidakadilan, dan lain-lain. Mereka juga maju paling depan jika mereka tahu ada 'sesuatu' yang salah dari para pemimpin bangsa. Jangan ragukan mahasiswa.
Nah, ini dia. Aksi demo akan menjadi rawan manakala para provokator terus menggosok, mengompori, memprovokasi, membakar psikologis massa terutama dari kelompok pelajar, masyarakat yang memang tidak terlalu mengerti bagaimana perilaku dan ketentuan, aturan dan kesepakatan demo. Ditambah sebagian kecil mahasiswa yang baru belajar dan ikut-ikutan demo. Sehingga ini berakumulasi menjadi kobaran semangat yang tidak terkendali dan liar.
Jelas sudah, siapa perusuh di balik aksi rusuh demo buruh.
Khusus aksi demo di Ibukota, DKI Jakarta. Sepertinya, para penyusup membawa agenda khusus; nistakan Anies. Kenapa begitu? Petunjuknya, mengapa harus membakar halte bus TransJakarta? Ya, jadi cari sendirilah siapa di baliknya. Wallahu Alam.
***
Tangerang, 08 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H