Mohon tunggu...
Hasan Bisri
Hasan Bisri Mohon Tunggu... -

Mentari baru merekah si kecil riang melangkah, kaki-kaki berdaki berlumur lumpur ditapaki, terurai rambut tertata rapi, seutas tali tas menyilang dibahu, tangan kiri menenteng sepatu, sesekali ayunkan kaki menendang bola tanah liat menjadi bulat, digiring kian membesar lalu diparkir dipinggir jalan, menempuh langkah 1.500 mtr menuju sekolah tak ada lelah, lalu berebut mencuci kaki dipancuran depan masjid samping sekolah. Itulah hari-hari masa kecil Hasan Bisri, ketika musim banjir tiba kadang perjalanan ke sekolah ditempuh dengan perahu yang terbuat dari batang glugu, melintas diantara hamparan sawah petani yang tenggelam punah, pernah suatu hari sepulang sekolah, dilepasnya baju seragam begitu juga baju dua temannya lalu diikat menjadi satu pada batang bambu untuk dijadikan semacam kain layar pada kapal, karena tak kuasa menahan hempasan angin dan ombak akhirnya perahu terseret diantara rimbun pohon bambu, tergores duri tubuh mereka namun hanya ada canda tawa....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Eksistensi

28 Oktober 2010   14:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelap bukan hanya bagi yg terlelap


meski kadang malam buat kita tenggelam

hadirku adlh isyarat pada ruang kalbu
adanya memberi makna pada tiap tanya

jika hening mnyusup dari balik kening
lalu kata hanya dapat di-eja
bukankah kenyataan hanyalah perantara saja....

dimanakah eksistensi mnampakkan diri...?!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun