Perhelatan terbesar olahraga di Republik Indonesia hampir berakhir.Semua pertandingan sudah mendapatkan jawaranya. Jabar sementara sebagai pemimpin sementara PON XIXJabar. Sukses Jabar. Sebagai juara umum didepan mata. Hal yang menggembirakan. Masalah ada kekurangan itu biasa. Semua berjalan lancar dan sukses.Â
Persiapan PON yang cukup lama seharusnya mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Semua stakeholder berupaya keras mensukseskan kegiatan ini. Nama baik Jabar dipertaruhkan. Dengan slogan berjaya di tanah legenda bermakna semua kontingen saling berusaha berjaya di tanah legenda.
Tapi sepertinya ada hal yang tidak dilirik oleh panitia. Dari kesuksesan pada saat pembukaan PON XIX yang spektakuler, masyarakat yang menonton pembukaan di stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) sangat antusias menonton. Tapi kamar mandi, WC seperti dibiarkan begitu saja. Jorok tak terurus. Stadion ini dibuat dengan biaya yang tidak sedikit tapi sepertinya tidak terurus. Padahal stadion ini spesial dibuat untuk PON XIX.Â
Bagaimana kalau PON sudah selesai? Sedangkan sekarang saja sudah tidak terurus. Pastilah ada biaya untuk perawatan semua fasilitas stadion. Tapi kamar mandi saja kok jorok, malu-maluin. Stadion yang megah tapi kamar mandi jorok dan nggak terurus.Â
Penonton pasti mau buang air tapi nggak ada ember untuk penampungan air dari keran. Dan tidak ada timba. Sisa-sisa botol dan gelas air mineral pun digunakan untuk menampung air dari kran. Padahal kamar mandi dan WC nya bagus tapi jadi jorok dan bau tanpa perawatan.
Itu baru WC dan kamar mandi. Tempat sholat dan berwudhu bingung nyari di mana? Ternyata berwudhu hanya bisa dilakukan di wastafel di kamar mandi yang jorok dan bau. Dan sholatnya di tempat darurat sambil dilihat banyak orang hanya dengan sajadah. Tidak ada mushola atau ruangan khusus.
Selain itu akses jalan dari perumahan cempaka arum ke stadion GBLA hanya jembatan bambu yang melewati kali sepanjang 5 meter, alakadarnya. Yang kapasitasnya kurang lebih 10 orang yang bisa lewati. Tapi itu juga tidak bisa dua arah berlawanan. Dan itu juga jembatan tersebut ada atas inisiatif karang Taruna sekitar perumahan cempaka Arum. Saya tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu kepanikan? Evakuasi harus lewat mana? Apakah tidak terpikirkan atau diabaikan saja? Karena memang tidak mungkin pejabat melewati akses ini.
Pada saat acara pembukaan PON XIX selesai. Masyarakat harus mengantri untuk melewati jembatan tersebut. Lama waktunya satu sampai dua jam untuk menunggu antrian. Petugas keamanan dan karang Taruna sibuk mengatur antrian agar tidak berdesakan dan bergantian melewati jembatan bambu agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan dan semua menjadi lancar.
Yah begitu lah rakyat. Selalu menerima kenyataan. Diabaikan, dibiarkan sampai terjadi sesuatu yang menimbulkan korban jiwa maka semua akan menjadi perhatian dan sorotan. Â Terlambat. .. semoga hal itu tidak terjadi.
Semoga PON XIX JABAR menjadi kenangan Indah dan mengesankan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat JABAR/Bandung pada khususnya.
Sukses PON XIX JABAR