Siapa pun ingin sukses dibidang apapun, apalagi ditahun PEMILU ini banyak sekali CALEG (Calon Legislatif), CAPRES (Calon Presiden) dan CAWAPRES (Calon Wakil Presiden) yang ingin sukses untuk memimpin jalannya roda pemerintahan. Untuk itu diperlukan keahlian dibidang yang mumpuni. Selain mempunyai keahlian dibidang yang mumpuni diperlukan ciri khas khusus agar menonjol dan dilirik oleh masyarakat. Ciri khas khusus itu disebut karakter yang merupakan kunci dari Personal Branding. Berkesempatan untuk hadir pada tanggal 6 April 2014 di Gramedia Matraman dalam acara launching dan bedah buku Personal Branding : Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik karya Ibu Dewi Haroen yang dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. Hamdi Muluk Guru Besar Psikologi Poliitk Universitas Indonesia, Bapak Prof. Dr. Din M. Syamsuddin selaku ketua MUI, Dwiki Darmawan serta Alvin Lie sebagai moderator membuat saya tertarik untuk membeli dan membaca buku ini.
Ibu Dewi Haroen merupakan psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI), pendiri yayasan Amalia Psycology serta aktif sebagai trainer dan staf pengajar di Trisakti School of Management, sehingga wajar buku ini dikupas secara mendalam dari sisi psikologis. Saat launching buku ini Prof. Dr. Hamdi Muluk Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia menyatakan bahwa buku ini memiliki kekuatan dibanding buku lainnya karena Ibu Dewi Haroen menggunakan tehnik bercerita dalam menjelaskan dan mengutarakan tentangPersonal Branding, membuat apa yang disampaikan tidak terlalu akademik dan mudah dimengerti oleh orang awam seperti saya.
Dari kiri ke kanan Ibu Dewi Haroen, Bapak Prof. Dr. Din M. Syamsuddin, Bapak Prof. Dr. Hamdi Muluk, Dwiki Darmawan dan Alvin Lie
Buku ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu Alasan melakukan Personal Branding danBagaimana membangun Personal Branding itu sendiri. Dari kedua bab utama tersebut terdiri dari bab-bab yang menjelaskan step-step melakukan Personal Branding dan bagaimana cara membangunnya.
Contoh pada Bab 4. Yang Asli Versus Yang Palsu serta Bab 5. Kesalahan Umum dalamPersonal Branding. Sangat relevan untuk dijadikan acuan untuk memilah dan memilih pada musim PEMILU saat ini. Pada Bab 4 dikupas mengapa terjadinya Personal Branding palsu disebabkan karena banyak politikus hanya sibuk memoles diri tanpa mempunyai kompetensi sehingga ketika terpilih banyak janji yang tidak direalisasikan mengakibatkan makin meningkatnya GOLPUT (Golongan Putih). Sedangkan Personal Branding asli didasarkan pada pengembangan karakter. Politikus yang mempunyai Personal Branding yang asli seperti : Barack Obama Presiden Amerika Serikat dan Amra Babic walikota di Visoko, Bosnia tidak hanya memiliki karakter yang kuat tapi juga memiliki kompetensi dibidangnya sehingga masyarakat menaruh trust atas visi dan memilih mereka untuk dipimpin. Namun secara sadar atau tidak, kita atau para politikus kerap membuat kesalahan dalam proses pembentukanPersonal Branding. Banyak orang berpikir bahwa personal branding dan marketing politik identik dengan iklan, baik lewat poster, televisi atau radio. Sehingga dengan mudah kita lihat banyak para politikus terpampang di baliho-baliho sepanjang jalan. Hal ini disebabkan banyak yang memiliki keyakinan bahwa iklan memiliki efek yang kuat dalam mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak.
Berikut Tujuh kesalahan umum yang telah dirangkum oleh Ibu Dewi Haroen
- Memahami hanya sebatas mengiklan diri
- Korelasi yang lemah atau nihil antara janji dan bukti, antara iklan dan kinerja. Tidak menjadikan karakter dan kompetensi sebagai basis, hanya berdasarkan keinginan atau nafsu ilutif.
- Hanya menumpang tenar pada tokoh partai, tidak menunjukkan dan membuktikan jatidiri dan karakter personal.
- Strategi, tujuan, dan target yang tidak jelas sehingga progresnya sulit diukur, termasuk dalam memilih media yang tepat dan isu yang diangkat.
- Miskin kreativitas dalam menciptakan program yang bisa menarik minat masyarakat, berpikir cukup dengan bagi-bagi sembako atau sumbangan ke tempat ibadah
- Bersembunyi dibalik iklan dan layar, tidak mau terjun langsung ke publik yang menjadi target
- Ikut-ikutan orang banyak, tidak menampilkan karakteristik dan kualitas yang unik dan berbobot sehingga menghasilkan diferensiasi, persepsi, dan asosiasi yang positif dan kuat.
Bab-bab paling penting lainnya dalam buku ini adalah pemahaman karakter diri, pengembangan diri, membangun dan mempertahankan trust hingga harus mempersiapkan diri jika mengalami kekalahan ataupun dalam kondisi sulit. Jujur saja membaca buku tulisan Ibu Dewi Haroen ini membuat saya ketagihan untuk terus membacanya sampai akhir serta membuat saya berpikir untuk membangun Personal Branding diri sendiri dengan baik dan benar karena buku ini tidak hanya cocok untuk para politikus yang ingin terjun ke dunia perpolitikan tetapi juga orang-orang yang berkutat dibidang apapun. Buku ini wajib untuk dipunyai oleh setiap kalangan yang ingin membangun Personal Brandingnya masing-masing sehingga wajar saja apabila Andy F Noya memberikan komentar positif terhadap buku ini. Jadi bagi para pecinta buku dan ingin membentuk Personal Brandingnya selamat berburu buku ini, jangan sampai kehabisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!