Membaca tulisan Pakde Kartono yang kemudian disusul dengan tulisan mbak Ifani tentang kisah Risty Tagor – Stuart Collin, saya kok tertarik ikut nimbrung. Bukan karena Risty Tagornya, tapi seperti yang dikatakan Pakde di kolom komentar karena masalah seperti ini tidak hanya terjadi pada Risty Tagor, tapi juga bisa terjadi pada Risty-risty yang lain, entah Risty Cagur, Risty Nagor dan Risty-risty lainnya.
Saya hanya ingin menambahkan jawaban-jawaban Pakde atas pertanyaan kenapa orang bisa berubah 180 drajat setelah menikah. Yang ingin saya tambahkan bukan hasil penerawangan, karena saya bukan ahli penerawang seperti Pakde, tapi yang saya lihat dan saya dengar di sekitar saya.
Di kampung saya ada yang disebut dengan bawaan bayi. Maksudnya sebagian ibu hamil ada yang bersikap aneh-aneh, dari yang sekedar ngidam biasa, ngidam yang macam-macam sampai berperilaku aneh bahkan tidak masuk akal. Di antara cerita ngidam yang sampai ke telinga saya, ada ibu hamil yang tengah malam ingin makan buah durian dan memaksa suaminya membeli durian waktu itu juga. Walaupun sang suami sudah bilang bahwa tengah malam tidak ada toko buka dan pedagang durian sudah tidur semua, sang isteri gak mau tau pokoknya sekarang juga harus cari durian. Akhirnya sang suami terpaksa menuruti permintaan isterinya mencari durian sampai dapat. Dan anehnya setelah buah durian didapat, sang isteri hanya mencicipi sedikit saja dan setelah itu dia tidak mau lagi makan durian tersebut.
Kata orang di kampung saya, perilaku aneh ibu hamil tersebut katanya bawaan bayi yang dikandungnya, katanya itu bukan kemauan sang ibu tapi permintaan sang bayi (entah benar atau tidak, saya tidak tahu). Di antara perilaku aneh ibu hamil (ini bukan katanya, tapi saya lihat sendiri) adalah seperti yang terjadi pada teman dan sekaligus tetangga saya. Ketika dia hamil muda, dia benci sekali pada suaminya tanpa ada sebab yang jelas. pokoknya kalau melihat suaminya bawaannya ingin marah terus, sehingga bukan hanya tidak mau tidur bareng, tapi suaminya tidak dibolehkan masuk kamar, lama-lama tidak dibolehkan masuk rumah, dan ujungnya dia minta cerai.
Sang suami yang sudah habis kesabarannya akhirnya tanpa babibu lagi dia langsung mengabulkan permintaannya dan perceraipun terjadi. Tapi ketika kehamilannya memasuki usia sekitar delapan bulan, teman saya ini mulai 'normal' kembali, ia sangat menyesali sikapnya selama ini kepada suaminya, diapun datang meminta maaf dan minta kembali lagi. Dia bilang bahwa dia sendiri tidak mengerti mengapa ketika hamil muda ia sangat benci sekali kepada suaminya bahkan dia bilang dia heran pada dirinya sendiri. Menurut cerita orang tua para tetangga katanya itu bawaan bayi.
Mengingat Risty kabarnya sedang hamil muda, boleh jadi si Risty ini sama dengan teman saya itu. Dia kebawa pengaruh bayi sehingga sering marah-marah pada Stuart Collin. Dan boleh jadi juga sikap Stuart yang berubah 180 derajat karena sikap Risty yang berubah sehingga dia kesal. Dan boleh jadi juga apa yang dia lakukan kepada Arsen dengan menjejalinya dengan sambal tomat, itu merupakan pelampiasan kekesalannya kepada Risty.
Kalau cerita orang-orang itu benar (bukan sekedar mitos) maka ada baiknya Stuart bersabar dulu beberapa waktu paling tidak sampai usia kehamilan Risty melewati masa-masa 'kritis' kalau perlu tunggu sampai melahirkan. Setelah itu baru bicara soal perceraian. Siapa tau Risty terkena 'penyakit' bawaan bayi yang akan hilang dengan sendirinya pada waktunya.
Apa pun juga, pernikahan adalah suatu ikatan yang sakral, yang bukan hanya melibatkan dua insan suami isteri tapi juga melibatkan keluarga besar masing-masing. Maka jangan sampai pernikahan tersebut dijadikan seperti mainan yang boleh dibatalkan begitu saja hanya karena masalah-masalah sepele. Perceraian harusnya menjadi solusi terakhir ketika tidak ada solusi lain dalam konflik rumah tangga. Ibarat anggota tubuh yang sakit, kalau masih bisa diobati maka sangat tidak bijaksana kalau anggota tubuh yang sakit itu langsung diamputasi. Jadi amputasi dilakukan hanya ketika dalam kondisi betul-betul tidak ada jalan lain kecuali amputasi. Demikian juga perceraian, ia hanya dilakukan ketika sudah mentok dan tidak ada cara lain selain bercerai.
Suatu hal yang perlu diingat oleh Risty dan Stuart maupun Risty-risty lainnya, tidak ada manusia yang sempurna, siapa pun orangnya pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada orang yang tidak pernah membuat kesalahan. Maka jangan sampai satu-dua kesalahan pasangan dijadikan alasan untuk bercerai, apalagi di awal-awal pernikahan dimana kedua belah pihak belum betul-betul mengenal pasanganya. Jangan hanya melihat kekurangan dan kesalahan pasangan, lihat juga diri sendiri yang juga tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Jangan mengharap pasangan sempurna sementara kita sendiri bukan manusia sempurna.
Sekali lagi, saya ikutan membahas Risty bukan karena siapa Risty, tapi hanya sebagai contoh kasus saja, kebetulan beritanya sedang hangat dibicarakan di media. Dan mungkin juga persoalannya tidak seheboh yang diberitakan, karena kita tau modal utama media adalah berita-berita heboh, sehingga hal-hal yang biasa-biasa saja kadang sengaja dibikin heboh demi menarik perhatian public dan bikin pelaris.
Dah.. sekian saja.