Gonjang-ganjing tentang pasal penghinaan presiden, saya teringat ceramah KH. Anwar Zahid yang pernah saya dengar. Kira-kira beliau berkata begini (saya tidak hafal perkataan beliau dan tidak punya teksnya): kalau orang mulia, biar dihina, difitnah, dicaci, dimaki, ya tetap mulia. Kalau orang hina, biar dipuja-puji, disanjung-sanjung, ya tetap hina.
Beliau juga mengatakan begini (ini juga kira-kira): kalau uang seratus ribu biar diludahi, dikencingi, ya tetap seratus ribu. Kalau uang seribu biar disetrika kinyis-kinyis, dikasih minyak wangi, yang tetap seribu rupiah.
Lalu beliau menanyakan kepada jama'ah pengajian: ibu-ibu, pilih mana? Uang seribu rupiah, baru, mulus, wangi, atau uang seratus ribu diuyoi (dikencingi)? Jama'ah pengajian kompak menjawab: pilih seratus ribu.
Saya ingin menambahkan: kalau emas, biar ditaruh di comberan, atau penuh debu, atau dilumuri dengan kotoran sekalipun, ia tetap emas, akan banyak yang berminat dan harganya akan tetap mahal. Kalau besi karatan, biar dibungkus dengan pernak-pernik yang bagus, dikasih minyak wangi, ya tetap besi karatan yang tak berharga mungkin juga gak ada yang minat.
Jadi, bapak presiden gak perlu terlalu sibuk mengurusi omongan orang, baik yang memuji maupun yang menghina, apalagi sampai membuat pasal-pasal segala. Jalankan tugas anda sebaik-baiknya, curahkan segenap kemampuan anda menyejahterakan rakyat, kalau Negara makmur, kalau rakyat sejahtera, kalau harga-harga murah, kalau Negara terurus dengan baik, maka dengan sendirinya rakyat akan memuja-muji anda. Kalaupun ada yang menghina, rakyat tidak akan menggubris omongan orang yang menghina, rakyat akan membela anda, bahkan bisa sebaliknya, orang yang menghina anda yang akan balik dihina oleh rakyat.
Jadilah emas, maka orang yang menghina emas dengan sendirinya akan tercela. Tapi kalau jadi besi karatan, jangan berharap diminati seperti emas, jangan berharap dihargai seperti emas. Beribu pasal pun dibuat, emas tetap emas, besi karatan tetap besi karatan. Apa pun kata orang, yang mulia tetap mulia, yang hina tetap hina.
Sekali lagi, pak presiden gak perlu sibuk bikin pasal-pasal, sibukkan diri anda dengan menyejahterakan rakyat. Anda akan dipuji dan disanjung.
Udah… segini saja, wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H