Mohon tunggu...
Hasan Abdurrahim
Hasan Abdurrahim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dengan hobi yang beragam

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Negatif Duduk Terlalu Lama

12 Oktober 2024   19:28 Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:36 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Duduk terlalu lama telah menjadi isu kesehatan serius di era modern, terutama dengan semakin meningkatnya gaya hidup menetap akibat pekerjaan kantoran dan teknologi. Duduk dalam waktu lama berhubungan erat dengan berbagai risiko kesehatan, bahkan pada individu yang berolahraga secara rutin. Beberapa teori dan penelitian telah mengungkapkan dampak negatif dari perilaku ini.

Salah satu dampak utama dari duduk terlalu lama adalah pada sistem kardiovaskular. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Mayo Clinic pada Sitting too much, not just lack of exercise, is detrimental to cardiovascular health | ScienceDaily mengungkapkan bahwa duduk dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan metabolisme. Hal ini terjadi karena ketika tubuh tidak bergerak dalam waktu lama, aktivitas otot berkurang secara signifikan, yang menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah dan tekanan darah. 

Waktu duduk yang lama juga dikaitkan dengan faktor risiko yang lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular di luar menurut sebuah studi yang dikemukakan oleh Mayo Clinic. Hal ini terjadi karena ketika tubuh tidak aktif dalam jangka waktu yang lama, jumlah aktivitas otot akan sangat berkurang yang menyebabkan berkurangnya efisiensi tubuh untuk mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah. Selain itu, efisiensi proses pembakaran lemak juga berkurang yang dapat menyebabkan penumpukan lemak di pembuluh darah dan berisiko tinggi terhadap penyakit jantung.

Mengabaikan keterlibatan mekanis kinesiologi terbukti pada obesitas disregulasi pediatrik dan diabetes tipe 2 yang duduk terlalu lama dan dalam waktu yang lama. Selama posisi duduk, jumlah kalori yang dibakar cenderung lebih rendah dibandingkan saat seseorang berdiri dan hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan serta intoleransi insulin yang merupakan kontributor utama dalam kejadian diabetes. Data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) mendukung hal ini, menunjukkan bahwa perilaku kurang gerak meningkatkan risiko penyakit metabolik.

Namun, seiring berjalannya waktu, duduk juga dikaitkan dengan masalah postur tubuh. Studi biomekanik menunjukkan bahwa duduk dalam waktu lama cenderung memberikan tekanan pada otot-otot punggung bawah dan leher sehingga menimbulkan rasa sakit kronis yang berulang. Otot-otot tersebut tidak mengalami peregangan yang memadai sehingga menyebabkan kekakuan dan bahkan ketegangan otot dari waktu ke waktu. Postur duduk yang salah memperburuk situasi yang menyebabkan timbulnya masalah postur tubuh termasuk skoliosis.

Perilaku tidak aktif tidak hanya merugikan kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Ketidakaktifan fisik sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi. Aktivitas fisik berguna dalam sekresi hormon endorfin yang meningkatkan suasana hati sehingga penghentian aktivitas ini menimbulkan risiko gangguan psikologis.

Sehubungan dengan risiko ini, sangat penting untuk melakukan intervensi. Penelitian menunjukkan bahwa berdiri atau berganti posisi setiap 30-60 menit dapat mengurangi dampak kesehatan dari duduk dalam waktu yang lama. Berbagai aktivitas fisik sederhana, seperti berjalan ringan, meregangkan otot, atau bahkan hanya berdiri sebentar, dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan menjaga metabolisme tetap aktif.

Dengan berbagai efek negatif dari duduk terlalu lama, sekarang saatnya untuk segera mengambil tindakan preventif terhadap aspek kesehatan ini. Salah satu solusi paling sederhana adalah dengan melakukan aktivitas fisik kecil secara berkala. Berdiri, berjalan ringan, atau meregangkan otot setiap 30 hingga 60 menit telah terbukti membantu mengaktifkan kembali otot-otot tubuh yang tidak dipakai saat duduk. Selain itu, ini akan membantu memperbaiki sirkulasi, mencegah gumpalan darah, dan meningkatkan metabolisme tubuh.

Organisasi kesehatan, seperti World Health Organization, merekomendasikan adopsi gerakan fisik yang aktif untuk mencegah perkembangan penyakit kronis akibat perilaku menetap. Gaya hidup bekerja yang lebih mendukung gerakan, misalnya, menggunakan meja berdiri atau mengambil jeda aktif selama bekerja, juga dapat membantu mencegah masalah-serius lagi. Melalui perubahan kecil, kita dapat meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kesejahteraan, dan mencegah perkembangan penyakit yang berpotensi mematikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun