Sepertinya kita semua tahu, jika disebut masalah sudah jelas tentu kita berfikir negatif, dan tak ingin kita didatanginya. Padahal masalah belum tentu semuanya negatif, masalah adalah sesuatu hal yang ingin dipecahkan, jika memang masalah itu negatif kenapa para penulis/peneliti selalu mencari masalah terlebih dahulu sebelum meneliti?
Di sini, aku tidak terlalu banyak membahas tentang defenisi masalah, karena di era sekarang ini kita sangat mudah sekali mencari apapun defenisi, di gengaman kita sudah tersedia handphone yang canggih mencari lewat KBBI atau GOOGLE. Disana tersedia buanyaaaaaak sekali, wekewekewek
Tapi perlu kita ingat suatu masalah itu di ciptakan karena ada cara menuntaskannya, karena setiap tingkah gerak-gerik kita bisa di artikan suatu masalah. Yang tidak mempunyai masalah adalah mereka yang tidak bernyawa. Maka engkau tidak usah berharap ingin hidup tanpa masalah.
Masalah diciptakan juga supaya kita bisa merasakan bahagia. Jika kamu berfikir ingin bahagia maka kamu harus siap berhadapan dengan masalah. Coba bayangkan setelah kamu terlepas dari suatu masalah pasti kamu akan merasakan kebahagian yang luar biasa. Semakin besar masalah semakin besar pula kebahagian yang akan di dapat nantinya. Yakin lah!!!
Sure??
Mungkin masalah keyakinan dan kebenaran pun, masih terjebak dalam pikiran kita, baik itu keyakinan beragama, berbudaya/kebiasaan, berbangsa/bernegara, bahkan keyakinan untuk diri sendiri pun masih banyak yang meragukannya, jika memang seperti itu, bagaimana bisa meyakini teman, sahabat, terlebih -- lebih orang lain??
Yakin menurut KBBI, mempunyai arti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti ( tentu tidak salah lagi), atau juga dapat di artikan dengan sungguh-sungguh.
Anda harus tahu! Bahwa keyakinan belum tentu kebenaran. Sejatinya, hanya dengan modal keyakinan, anda belum tentu sudah benar, begitu maksudnya. Atau keyakinan bukan sebuah kepastian. Artinya bisa benar bisa tidak. Walaupun secara psikologis, saat dalam kondisi yakin, sering kali kita terjebak dalam sudah benar adanya. (Kutipan dari seorang penulis Dedi Ariko 2018 lalu).
Dia juga berkata "bahkan, pada beberapa orang berfikir bahwa; keyakinan itu lawan kata dari keraguan. Dengan begitu maka secara otomatis bawah sadar manusia menangkap, keyakinan itu adalah kepastian. Kebenaran mutlak! Sudah Pasti."
Bagaimana kalau kita buat perbandingan dengan orang-orang yang meyakini agama, bahwa tuhan yang di yakininyalah yang paling benar. Mungkin para atheis menganggap kita gila, sebagimana kita mengangap atheis itu juga gitu. Lalu apakah kita sama-sama dalam hal kegilaan.??
Di dalam KKBI pun tidak menjelaskan adanya kebenaran dalam keyakinan, dalam hal ini kita pun harus berfikir panjang untuk bagimana kebenaran itu bisa kita yakini. Mungkin sulit di terima akal fikiran kita, tetapi begitulah adanya. Hmmm