Smelter adalah merupakan fasilitas proses pengolahan bijih nikel menjadi nikel matte atau nikel pig iron (NPI) yang memiliki kadar nikel lebih tinggi. Pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun dua metode yang paling umum digunakan saat ini adalah High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Artikel ini akan membahas perbedaan antara kedua metode smelter tersebut.
HPAL adalah metode smelter yang menggunakan asam sulfat untuk melarutkan bijih nikel laterit yang kaya oksida. Proses ini dilakukan di bawah tekanan dan suhu tinggi, sehingga membutuhkan biaya investasi dan operasional yang besar.Â
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghasilkan nikel matte dengan kadar nikel lebih dari 90%, yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk nikel dengan nilai tambah tinggi, seperti nikel sulfat untuk baterai kendaraan listrik. Selain itu, metode ini juga dapat mengurangi dampak lingkungan karena menghasilkan limbah padat yang lebih sedikit.
RKEF adalah metode smelter yang menggunakan tungku putar dan tungku listrik untuk mengubah bijih nikel saprolit yang kaya besi menjadi NPI dengan kadar nikel sekitar 10%. Proses ini membutuhkan bahan bakar batubara dan kokas, sehingga memiliki biaya energi yang tinggi.Â
Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat mengolah bijih nikel laterit yang kaya oksida, yang merupakan sumber utama cadangan nikel di Indonesia. Selain itu, metode ini juga menimbulkan polusi udara dan limbah cair yang harus ditangani dengan baik.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa HPAL dan RKEF memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal bahan baku, proses, produk, biaya, dan dampak lingkungan. HPAL lebih cocok untuk mengolah bijih nikel laterit yang kaya oksida, sedangkan RKEF lebih cocok untuk mengolah bijih nikel saprolit yang kaya besi.Â
HPAL dapat menghasilkan produk nikel dengan nilai tambah tinggi, sedangkan RKEF hanya menghasilkan NPI dengan kadar nikel rendah. HPAL membutuhkan biaya investasi dan operasional yang besar, sedangkan RKEF membutuhkan biaya energi yang besar. HPAL lebih ramah lingkungan, sedangkan RKEF lebih berpotensi menimbulkan polusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H