Mohon tunggu...
Hasan Yusuf
Hasan Yusuf Mohon Tunggu... -

Pemerhati Partai Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nepotisme Ala Partai Kader (Studi Kasus PDIP dan PKS)

21 Maret 2015   09:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan kemampuannya (baca:Wikipedia). Dalam definisi yang lain, nepotisme merupakan pemanfaatan jabatan untuk memberi kesempatan, pekerjaan dan pendapatan kepada kerabat dekat sehingga menutup kesempatan bagi yang lain.

Kali ini, saya akan membahas pola unik nepotisme antara PDIP dan PKS. Jika jaman dulu Orde Baru pola nepotisme adalah kerabat pejabat dan kroni Suharto, ketika Bungaran Saragih (jaman Megawati) nepotismenya lebih ke suku, maka pola yang baru adalah ikatan persaudara sesama ikhwan (kader partai) ketika PKS berkuasa.

Selain pola nepotisme lama yaitu kerabat pejabat mendapat kemudahan keempatan, sejak 10 tahun yang lalu pola unik nepotisme sesama ikhwan ini terjadi. Kader-kader partai begitu mudah menjadi CPNS, promosi jabatan, jadi penyuluh dan kesempatan-kesempatan yang lain dibandingkan bukan kader. Hal ini bisa dipahami ketika anda bergaul dengan kader-kader partai tersebut baik di organisasi masa, organisasi kampus, instansi pemerintah hingga dewan pengurus masjid.

Perbedaan Praktik Nepotisme antara PDI-P dengan PKS

Ikatan dalam PDI-P adalah ikatan kepentingan dan kesamaan ide-ide nasionais ala Sukarno. Ikatan di PDI-P akan kuat jika punya persamaan kepentingan dan akan hilang ketika beda kepentingan. Berbeda sekali dengan partai kader yang merekrut kader-kadernya dalam sebuah pembinaan yang disebut liqo’ (kajian intensif mingguan). Liqo dipimpin oleh seorang pembina yang disebut Murrobi. Di liqo’ inilah tempat penyatuan perasaan bahwa antara ikhwan (kader) adalah bersaudara. Peran Murrobi bukan hanya sebagai Ustad tetapi lebih seperti kepala keluarga yang memimpin anggota liqonya dalam gerak partai dan menyelesaikan masalah-masalah individu termasuk pernikahan. Panggilan “akhi” dan “ukhti” mempunyai rasa yang sangat dalam bagi mereka bahwa mereka bersaudara dalam satu gerakan kepartaian yang mengadopsi Ikhwanul Muslimin.

Visi PDI-P lebih ke ide-ide nasionalis Sukarno sedangkan PKS visinya menguasai negara dengan menempatkan semua posisi jabatan dijabat oleh Ikhwan. PKS memang tidak ingin menerapkan syariat secara formal karena menganggap ketika ikhwan yang berkuasa maka substansi Islam akan terasa. Turki dengan Erdogannya dan Mesir dengan Mursinya adalah negara yang menjadi rujukan PKS.

Lebih kuatnya ikatan anggota PKS dibanding PDI-P karena PKS membetuk anggotanya dengan pola pembinaan yang sistematis dengan materi-materi pembinaan dari akidah hingga dakwah. Jika anda membaca buku-buku Ikhwanul Muslimin (tarbiyah) maka bisa paham ukhuwah Islamiyah diantara Ikhwan sangat kuat baru kepada muslim yang lain.

Jika PDI-P hanya membangun kader-kadenya dari ikatan kepartaian dengan keaktifan di setiap kegiatan partai maka Partai Kader pola kerjanya seperti sel yang membelah atau MLM. Kader-kader akan dituntut untuk merekrut dan membina dalam liqo’.

Jika PDI-P akan menerik orang-orang terdekatnya yang bisa teridentifikasi dengan kedekatan ke personal maka PKS bisa menarik gerbongnya (kader-kader) seluruh Indonesia. Contoh di Kementerian Pertanian, ketika PDI-P berkuasa maka gerbong Batak naik karena kesamaan suku dengan Menterinya. Sedangkan ketika PKS berkuasa maka semua suku bisa naik asal jadi anggota partai yang sudah ikut pembinaan dan sumpah setia kepada partai. syaratnya mudah yaitu ikut liqo’, aktif di kegiatan partai, bayar infak dan sumpah anggota kepartaian maka anda langung menjadi “saudara” yang kaan lebih diutamakan daripada yang lain.

Ikatan persaudaraan sesama ikhwan (kader PKS) cukup unik. Setiap kader diberi kesempatan berkuasa maka mereka akan menarik gerbong berisi “saudara-saudara” nya. Lihat saja di Masjid, organisasi kampus, organisasi sosial, orgasasi sekolah dan instansi pemerintahan yang dikuasai maka pasti kepengerusaan dan jabatan akan diisi semuanya (jika bisa) oleh kader. Jika anda dari Yogya, coba tanyakan kepada Ormas Muhammadiyah bagaimana mereka bersinggungan di instansi-instansi Muhammadiyah hingga harus mengeluarkan surat edaran khusus.

Jika anda ingin memahami pola gerak partai baik PDIP maupun PKS maka pahamilah ide-ide, visi misi dan ikatan diantara mereka, sehingga kita bisa bijak dalam bersikap ketika harus bersaing dan bekerjasama dengan kader-kader partai.

Semoga tulisan ini bisa sedikit mencerahkan dan tak perlu ada yang tersinggung sehingga cyber army ramai-ramai melaporkan ke admin untuk di delete karena sudah saya perhalus dari tulisan terawal.

Berikutnya, saya akan bahas tentang pola rekruitmen dan bagaimana menarik voters ketika pemilu.

Salam Damai!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun