Tantangan Etika Kampanye Pilpres di Media sosial
Terdapat dua tantangan etika yang saya identifikasi selama kampanye pilpres di media sosial berlangsung yaitu:
Penyebaran informasi palsu (Hoaks)
Peningkatan jumlah informasi politik di media sosial saat ini nyatanya tak hanya didominasi oleh fakta, melainkan informasi palsu yang ditujukkan untuk mempengaruhi opini publik ke arah negatif dengan maksud untuk merusak citra salah satu kandidat.Â
Polarisasi dan konflik
Kampanye di media sosial kerap kali menunjukkan adanya polarisasi yang kuat dan konflik yang cenderung sulit dikendalikan antar pendukung kandidat, sehingga memicu adanya ketegangan sosial dan politik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa konten yang menunjukkan polarisasi maupun fenomena kritik yang berujung menjadi pertikaian dalam komentar yang sulit untuk dicegah.
Literasi media digital memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan ini yaitu dengan cara:
- Peningkatan pemahaman terkait cara memilah dan memverifikasi setiap informasi
Melalui literasi media digital, masyarakat dilatih untuk berpikir secara kritis dalam menilai informasi yang mereka terima di media sosial, sehingga mampu membedakan informasi yang palsu atau benar.Â
- Peningkatan pengetahuan terkait menggunakan media dengan bijak
Dengan literasi media digital, masyarakat dapat memahami cara agar tak mudah terpengaruh dengan informasi negatif, menggunakan bahasa yang santun dalam berkomentar, tetap berpegang teguh pada etika, dan menjaga privasi pribadi maupun orang lain.Â
Maka dapat disimpulkan bahwa kampanye pilpres di media sosial 2024 masih dalam tahap permulaan yang bisa dikatakan belum sepenuhnya efektif, sehingga diharapkan pada kampanye pilpres di tahun selanjutnya, pemanfaatan media sosial sebagai wadah kampanye bisa dimaksimalkan dengan penguatan literasi media digital. Â
Hasanah Alatas, Mahasiswa Prodi
Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia