Mohon tunggu...
Humaniora

Ayo Mengajar Negara Kita “Indonesia”

10 Juni 2015   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, negara kita tercinta ini sudah 69 tahun lebih mencapai kemerdekaannya, kemerdekaan dari belenggu penjajah bangsa asing, kemerdekaan dari intimidasi bangsa asing, yah, kita sudah 69 kali menggelar acara upacara kemerdekaan yang disaksikan jutaan orang setiap tahunya. Kita sudah merdeka! Ya benar, secara de facto maupun de jure, negara kita sudah merdeka, lalu apakah semua perjuangan sudah berakhir? Jawabanya belum! Benar, perjuangan untuk merebut kemerdekaan sudah berakhir, namun masih banyak perjuangan yang harus kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini.

“ Kemudian daripada itu ntuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial ”  (Petikan pembukaan UUD 1945 alinea ke-4). Mencerdasakan kehidupan bangsa adalah cita-cita para pendiri bangsa ini, dan merupakan tugas para pejuang pengisi kemerdekaan saat ini. Jika kita berbicara tentang pendidikan di negeri kita tercinta ini, maka ada lebih dari 1001 masalah, mulai dari peraturan pendidikan yang sering disalah gunakan, kurangnya fasilitas penunjang pendidikan, kurangnya pemerataan tenaga pendidik dan masih banyak lagi.

Membahas tentang pendidikan di Indonesia, ada satu hal yang sangat mencolok dan ingin penulis ulas di tuisan ini, yaitu tentang ketimpangan pendidikan di daerah perkotaan dengan daerah-daerah pelosok nusantara. Kita semua tau, di bandingkan dengan di kota, pendidikan di daerah pelosok nusantara sangat jauh tertinggal. kenapa bisa demikian? Padahal, kita mengibarkan bendera yang sama, menyayikan lagu kemerdekaan yang sama, sama-sama berjuang untuk bangsa ini, dan sama-sama berada dinaungan Bhinneka Tunggal Ika.

Jika kita tanya kenapa? Jawabanya adalah karena banyak faktor penyebabnya, seperti kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, kurangnya fasilitas sekolah, sulitnya medan yang harus dilalui untuk mencapai sekolah, dan masih banyak lagi, tapi satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu kurangnya tenaga pengajar yang professional di daerah-daerah itu.

Kekurangan tenaga pengajar, yah, satu orang guru harus mengajar 2-4 kelas secara bersamaan, itu adalah hal yang biasa terjadi di daerah-daerah pelosok nusantara ini. Selain itu, di daerah-daerah pelosok juga sangat jarang ditemukan guru yang professional dan bermutu tinggi seperti halnya di kota, di daerah-daerah itu, kebanyakan guru hanya mengajar materi pelajaran, yah, , hanya sebatas itu, sedangkan yang dibutuhkan anak-anak itu sebenarnya selain ilmu pelajaran, juga motivasi untuk terus belajar dan melanjutkan pendidikan. kenapa bisa demikian? Kenapa sampai sebegitu kurangya tenaga pengajar di pelosok nusantara ini? Padahal di kota tak jarang guru yang kebingungan untuk memenuhi jam wajib mengajarnya karena terlalu banyaknya jumlah guru dibandingkan dengan jam pelajaran yang disediakan oleh satu sekolah di kota. Lalu kenapa di desa bisa amat sangat kekurangan tenaga pengajar sedangkan di kota, begitu banyaknya guru yang kebingungan hendak mengajar? Jawabanya karena mereka tidak mau mangajar di pelosok. Yah, jika di pikir-pikir, itu adalah hal yang manusiawi, siapa juga yang mau mengajar seumur hidup di daerah pelosok, yang terkadang tanpa listrik, tanpa sinyal handphon, tanpa internet, dan terkadang kurangnya fasilitas untuk mandi cuci kakus (MCK). Yah, siapa yang mau? Bahkan penulis sendiri pun aras-arasen (enggan) untuk melakukan hal itu.

Tapi, bagaimana jika tidak seumur hidup? Bagaimana jika mengajarnya menggunakan batas waktu tertentu? Satu tahun misalnya, hem… jika hanya satu tahun mengajar di daerah pelosok penulis juga mau, yah, , satu tahun di daerah pelosok untuk mengajar dan memberi inspirasi demi kemajuan bangsa ini, terasa tidak terlalu berat, saya rasa saya mampu dan saya mau melakukanya. Sekarang ini pemerintah telah membuat program seperti yang penulis bilang barusan, SM3T namanya, singkatan dari “Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal”, yang maksud dari program itu adalah mengirimkan sarjana muda berprestasi untuk mengajar di daerah pelosok-pelosok nusantara selama satu tahun. Selain itu, juga ada program gagasan Pak Anis Baswedan sebelum jadi mentri dulu, yaitu “Indonesia Mengajar”, sama dengan SM3T, tujuanya mengirim pemuda-pemuda lulusan terbaik negeri ini untuk mengajar di daerah-daerah terpencil yang kekurang tenaga pendidik, selain mengajar juga bertujuan untuk menginspirasi, kalo tidak salah semboyannya “satu tahun mengajar, seumur hidup memberi inspirasi”, hem.. suatu saat penulis juga berkeinginan untuk mengikuti program ini, semoga tercapai (amin....).

        
           Program dari pemerintah sudah ada, di luar pemerintah juga sudah ada, lalu apakah sudah selesai sampai disini? Apakah perjuangan sudah selesai? Jawabanya masih sama, yaitu belum. Kenapa belum? Hanya dua program itu untuk memajukan pendidikan Indonesia? Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah-daerah tertinggal? Apakah cukup? Tentu saja tidak! Lalu bagaimana? Ya kita semua harus ikut membantu? Kita? Kita siapa? Ya kita, kita pemuda bangsa ini, pemuda-pemuda yang dilahirkan dan dibesarkan di tanah pertiwi ini.

Sebagai pemuda bangsa ini, kita harus ikut ambil bagian untuk memperjuangkan bangsa ini, sekarang kita tidak perlu lagi mengangkat senjata untuk berperang melawan penjajah, tapi perjuangan kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan ini, salah satunya dengan membantu mencerdaskan bangsa ini, mencerdaskan anak-anak bangsa ini, kenapa? Karna, ketika anak-anak itu cerdas, maka bangsa ini juga cerdas.

Pemuda adalah tulang rangka negara ini, kitalah yang menentukan nasib bangsa ini, apakah akan berdiri dengan gagah di mata dunia, atau malah terbujur tak dapat berdiri dan hanya menunggu saat untuk di injak-injak bangsa lain.

Sebagai pemuda bangsa ini, kita wajib untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa ini, kenapa pemuda? Pertanyaannya selalu sama, kenapa harus pemuda? Kenapa kita? Dan kenapa?   Kenapa pemuda, karena sudah saatnya mereka yang tua untuk menikmati masa tuanya, mereka sudah saatnya kita gantikan, kenapa bukan anak-anak? Suatu saat mereka akan melakukanya, kita harus memberikan contoh nyata untuk mereka. Lalu kenapa kita? Lalu, kalo bukan kita siapa lagi? Kitalah yang bertanggungjawab atas kemajuan bangsa ini, jadi jangan berharap dengan orang lain. Kita pemuda Indonesia kita yang akan memajukan Indonesia, kita yang akan mencerdaskan Indonesia, harus kita.

Melalui kegiatan peringatan hari kebangkitan nasional, mari kita bersama-sama menamkan niat untuk ikut membangun bangsa ini, bukan tentang apa yang akan kita dapatkan, tapi tentang apa yang bisa dan akan kita beri untuk bangsa ini, dimulai dari niat, lalu ayo kita wujudkan dalam kegiatan nyatanya, kita bisa jika kita mau, bangsa ini bisa jika pemudanya mau, ayo kita ikut belajar, mengajar dan memberi motivasi untuk anak-anak bangsa ini, ayo ikut serta dalam membangun bangsa ini dengan membagikan ilmu, dan inspirasi untuk anak-anak di daerah pelosok Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun