Apalagi peran para pengamat politik juga sudah jelas terpolarisasi ke dalam simpati-simpati politik yang seharusnya tidak perlu terjadi karena tugas pengamat adalah meletakan persoalan pada tempatnya dan menganalisanya secara obyektif. Kubu Jokowi dan Prabowo jelas memiliki peta lengkap tentang berbagai situasi yang terjadi.
Betapa kedua kubu melakukan berbagai kekeliruan atau blunder politik dengan terlibatnya 'asing' di kedua kubu. 'Asing' tidak menutup kemungkinan bahwa secara taktis dan strategis telah memengaruhi melalui tim konsultan maupun individu yang memberikan dukungan kepada kedua kubu tersebut.
Siapa pun tokoh yang berpotensi dan kerap muncul dalam survei sepanjang 2021 maupun jagad media sosial: Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Erick Thohir, Tri Rismaharini, dan mungkin Sri Mulyani Indrawati.
Tahun politik 2024, awal tahun 2022 menjadi muqaddimah bahwa hal yang menyebabkan kaya atau miskinnya suatu bangsa bukanlah faktor geografis, penyakit, atau budaya, melainkan institusi dan politik.
Bagi mereka yang berpikir bahwa nasib perekonomian ditentukan oleh kondisi geografis atau faktor budaya, adalah kabar buruk. Hal yang menyebabkan kaya atau miskinnya suatu bangsa adalah institusi buatan manusia, bukan kondisi geografis ataupun keyakinan para pendahulu.
Pertanyaan sederhana namun penting, kenapa ada negara kaya dan miskin? Jawaban pun sangat sederhana--karena negara kaya akan mengembangkan institusi politik yang lebih inklusif.
Bahwa saat ini China berhasil menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi yang otoriter. Akankah pertumbuhan ekonominya berlanjut dan berhasil mengalahkan kedigdayaan perekonomian negara Barat? Akankah kedigdayaan Amerika Serikat memudar? Adakah kecenderungan bahwa suatu negara maju dapat terjebak dalam lingkaran setan, sekelompok kecil elit penguasa berupaya mati-matian mempertahankan kekuasaannya demi kepentingan pribadi?
Siapa pun tokoh yang berpotensi dan kerap muncul dalam survei sepanjang 2021 maupun jagad media sosial: Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Erick Thohir, Tri Rismaharini, dan mungkin Sri Mulyani Indrawati.
Tahun politik 2024, awal tahun 2022 menjadi muqaddimah bahwa pentingnya meraih keseimbangan yang harmonis antara logika politik dan perilaku ekonomi, yang sewaktu-waktu arahnya dapat bergeser akibat peristiwa sejarah yang terjadi secara tidak terduga, baik dalam skala besar maupun kecil di 'berbagai momentum yang menentukan'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H