Tak hanya ketika itu, lanjut RH, teror tersebut berlanjut lewat istri sah AH yakni YA selang beberapa bulan kemudian.Â
"YA juga meneror saya di media sosial melalui direct message," ungkapnya.Â
Lantaran terus diteror, RH pun akhirnya menceritakan masalah tersebut ke sang suami yang kemudian melakukan konfirmasi AH.Â
"Saya sebenarnya takut menceritakan hal ini ke suami karena saya mau gak mau menceritakan tentang aib saya juga ke suami. Tapi karena saya tidak tahan diteror, saya harus menceritakan hal ini ke suami," kata RH.Â
Sang suami RH akhirnya menelepon AH untuk melakukan pertemuan guna mengonfirmasi perselingkuhan itu.Â
"Suami saya melakukan pertemuan, mencoba mengkonfirmasi hubungan khusus antara saya dan AH yang berakhir teror kepada diri saya," bebernya.Â
Menurut pengakuan RH, AH mengakui kepada suami RH bahwa ia memang memiliki hubungan khusus dengan RH. "Dalam pertemuan tersebut, AH mengakui bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan saya dan melakukan teror kepada saya karena emosi," ujarnya.
Status akun facebook Naniek Sudaryati Deyang, Rabu (15/12) cukup menarik, "Ternyata skandal yg kemarin saya cerita , skandal sampah. Peristiwa tahun 2013, dipakai lagi utk menjatuhkan Ketua Umum Partai, demi partai itu  bisa direbut dan  jadi tunggan jagoan  oligarki. Ini kerjaan kaki tangan oligarki. Sy gak kenal  dekat dng Ketua Partai itu, tapi saya kasihan akan dijatuhkan dengan cara recehan. Kasus  perempuan yang diselingkui Ketua Partai  itu terjadi tahun 2013 ( sebelum pengusaha itu jadi Ketua Partai), dan sekarang si perempuan baru lapor polisi , kelihatan banget rekayasanya."Â
Akhirnya, isu perselingkuhan memang menjadi (salah satu) senjata paling ampuh untuk menghancurkan seseorang di politik. Namun, isu perselingkuhan juga dapat menjadi senjata efektif untuk mendapatkan kekuatan dan kekuasaan politik. Seperti kata seorang pemikir postmodernisme, Michel Foucault, bahwa kekuasaan dan seksualitas adalah sesuatu yang saling mengintervensi. Seksualitas menjadi wacana publik. Bagaimana seksualitas diwacanakan adalah ungkapan dari kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H