Amis Rain sedang frustrasi, manuver politiknya terlihat tidak cerdas, yakni menistakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo secara tidak proporsional. Namun kenyataannya Jokowi makin populer. Jadilah, Amis Rain frustrasi dengan melontarkan pernyataan-pernyataan seperti orang linglung.
Tahun 1990-an, sepak terjang Amis Rain sebagai politisi maupun Ketua Umum Muhammadiyah sesungguhnya cukup cantik. Namun belakangan, setelah ambisi-ambisi politiknya selalu menemui kegagalan, Amis Rain seperti orang frustrasi. Beberapa statemennya tak bisa dipegang. Mencla-mencle.
Seluruh rakyat Indonesia masih ingat betul rekam jejak politik ambisiusnya Amis Rain sejak pencalonan dirinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 1995 yang dimodali oleh Soeharto, Amis Rain pernah meminta uang ke Soeharto sebesar Rp500 juta, dan Rp250 juta dari Probosutedjo. Perilaku buruk Amin Rais ini dibeberkan oleh Probosutedjo dalam buku ‘Habis Manis Sepah Dibuang’
Tahun 1998 Amis Rain mengklaim sebagai tokoh reformasi. Padahal mahasiswa yang bergerak saat itu tidak pernah mendaulatnya. Tahun 1999 menjelang sidang umum MPR, Amis Rain, meminggirkan suara rakyat yang menghendaki Megawati presiden.
Manuver Amis Rain menjegal Megawati dengan menaikkan Gus Dur yang dua tahun kemudian dilengserkan kembali atas manuver busuk Amien.
Latar belakang sebagai akademisi yang terjun ke politik, Amis Rain tidak menampakkan kualitas politik yang mencerdaskan rakyat Indonesia sikap politik frustrasi yang dibangun oleh Amis Rain adalah perilaku buruk yang menyesatkan.
Apalagi pernyataan Amin Rais yang menganalogikan Jokowi dengan Joseph Estrada mantan presiden Philipina disampaikan dalam mimbar akademis yang sesungguhnya harus bersih dari noda politik frustrasinya Amis Rain
Amis Rainlah yang menyebabkan agenda reformasi gagal. Harus diingat melalui Deklarasi Ciganjur, Amis Rain bersama dengan Gus Dur, Sri Sultan HB X, dan Megawati menandatangani komitmen di hadapan mahasiswa untuk tidak bekerja sama dengan kekuatan Orde Baru
Namun justru Amis Rain yang mengingkari. Demi ambisi sebagai Ketua MPR, Amis Rain mengingkari deklarasi Ciganjur. Itulah pelanggaran etika politik terbesar pada awal Reformasi
Di situlah transaksi kekuasaaan politik yang pertama yang dilakukan Amis Rain yang menyebabkan agenda mahasiswa tidak terlaksana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H