Mohon tunggu...
Haryorachmantyo Wijowarastro
Haryorachmantyo Wijowarastro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FISIP UAJY Yogyakarta angkatan 2008. Freelance Fotografer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnalis Foto dan Internet

20 April 2012   03:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Faktualitas adalah salah satu kunci dalam keberhasilan berita dalam menyampaikan informasi. Banyak cara digunakan untuk menjaga faktualitas dari suatu berita, media foto adalah salah satunya. Foto adalah bukti otentik atas sebuah peristiwa atau fenomena. Sebuah berita akan lebih terjaga faktualitasnya jika terdapat bukti berupa foto. Bukti berupa foto merupakan kunci untuk membuktikannya, di sinilah peran seorang jurnalis foto berada. Jurnalis foto mendampingi reporter dalam proses peliputan berita. Reporter membuat berita tulis, dan jurnalis foto merekam kejadian yang ditulis oleh reporter. Namun tidak selalu jurnalis foto mendampingi reporter, mereka bisa berjalan sendiri begitu pula reporter.

Jurnalis foto bisa bekerja secara individu, seperti para jurnalis foto yang bekerja di bawah institusi biro foto seperti Antara Foto, Getty Image, Reuters, Magnum Photo, dan sebagainya. Mereka mendapatkan tugas berdasarkan pesanan atau mereka bisa mengerjakan proyek pribadi mereka yang nantinya akan dipublish lewat media online, dan jika pihak pihak tertentu membutuhkan foto tersebut bisa melihat lewat media online dan membeli atau menggunakan foto-foto tersebut melalui prosedur yang ada.

Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi, para jurnalis foto semakin dipermudah dengan peralatan baru dan adanya internet membuat mereka bisa dengan mudah mengirimkan foto kemana saja mereka butuhkan. Bermodalkan kamera digital dan memory card sebagai pengganti rol film memudahkan para jurnalis foto untuk meliput peristiwa tanpa harus mencemaskan kesalahan proses pencucian rol film. Para jurnalis foto pun bisa langsung melihat hasil foto mereka tanpa harus menungunggu proses cuci cetak, sehingga kualitas foto yang dihasilkan pun bisa lebih baik dari jurnalis foto jaman dulu.

Adanya internet juga mempermudah para jurnalis foto untuk mengirimkan hasil kerja mereka ke biro foto tempat mereka bekerja. Para jurnalis foto saat ini selalu membawa laptop agar merreka bisa langsung mengirimkan hasil foto mereka sesaat setelah meka selesai melakukan peliputan di tempat. Selain itu mereka juga bisa membuat blog pribadi atau mereka juga bisa mengunggah foto mereka ke media online tertentu yang memang dikhususkan untuk fotografi seperti burnmagazine.org, flickr.com, fotoblur.com, dan masih banyak lainnya. Saat ini jurnalis foto dalam jurnalisme online semakin mendapat perhatian di dunia jurnalistik, terbukti dengan menangnya Craig F. Walker dalam Penghargaan Pulitzer untuk feature photography. Craig F. Walker membuat sebuah foto essai yang berjudul “honorably discharged veteran, home from Iraq and struggling with a severe case of post-traumatic stress.” yang menceritakan tentang veteran perang Irak yang menderita depresi, foto ini  yang hanya terbit dalam online foto seri di Denver Post tempatnya bekerja. Selain itu ada beberapa media berita online yang memenangkan Penghargaan Pulitzer seperti media berita online Politico dan The Huffington Post, kedua web berita ini memenangkan kategori editorial cartooning dan national reporting.

Kemenangan Craig F. Walker di Pulitzer 2012 memberikan harapan bagi para jurnalis foto untuk berkarya di bidang jurnalisme online dan membuat kualitas foto jurnalistik di media berita online semakin baik. Perkembangan ini juga didukung oleh banyaknya media online yang menjadi wadah bagi para jurnalis foto, seperti Magnum Photo, Antara Foto, burnmagazine.org di mana institusi ini selain menjadi wadah juga memberikan berbagai macam beasiswa bagi para jurnalis foto. EPF Award 2012 atau Emerging Photographer Foundation yang sedang dalam proses call for entry melalui burnmagazine.org secara online memberikan kesempatan beasiswa kepada pemenangnya, dimana karya-karya terbaik akan diterbitkan online. Lalu Galeri Foto Jurnalistik Antara juga memiliki workshop foto jurnalistik untuk siapapun yang ingin menjadi jurnalis foto. Adanya institusi-institusi pendidikan bagi para jurnalis foto ini bisa mengurangi terjadinya pelanggaran kode-kode eatik jurnalistik yang terjadi, terutama di bidang jurnalisme online. Salah satu pelanggaran kode etik foto jurnalistik terjadi pada foto "Burning Building" dalam peristiwa konflik Irak-Libanon tahun 2006. Sang jurnalis foto melakukan penambahan elemen di dalam foto menggunakan photoshop, dimana asap dari bangunan yang terbakar ditambahkan untuk mendramatisir kejadian tersebut. Kejadian ini melanggar kode etik foto jurnalistik, dimana penambahan elemen dalam sebuah foto sangat dilarang karena nilai faktualitas dalam foto berita tersebut akan hilang. Diharapkan dari edukasi kepada para jurnalis foto di dalam institusi pendidikan akan mencetak para jurnalis foto yang sadar akan kode etik foto jurnalistik.

Foto jurnalistik di dalam media online memiliki tantangan seperti di atas, di mana keaslian dan nilai faktualitas dalam foto itu harus dijaga. Dunia internet terdiri dari berbagai macam orang, mulai dari para amatir hingga profesional mengkonsumsi dan berbagi berbagai foto jurnalistik dalam media online, jadi nilai faktualitas dari foto jurnalistik yang diterbitkan online harus sesuai dengan kode etik. Institusi media online seperti BBC membuka kesempatan bagi para pembacanya untuk berkontribusi dalam pemberitaan di bidang fotografi dan video. Reuters juga merupakan biro foto yang membayar para user-nya jika foto yang diupload oleh user tersebut digunakan oleh klien dari Reuters. Namun yang perlu diperhatikan adalah para fotografer amatir harus bisa menyamakan standarnya dengan para fotografer profesional, terutama dalam hal kode etik foto jurnalistik, karena faktor kualitas berita terdapat faktor lain seperti kekuatan hukum. Jika foto yang digunakan oleh sebuah media online melanggar kode etik dan mengakibatkan pelanggaran hukum seperti pencemaran nama baik itu akan berakibat fatal bagi media berita online dan jurnalis foto itu sendiri. Maka dari itu seleksi dari foto yang akan diterbitkan dalam pemberitaan online harus sangat diperhatikan karena tidak semua fotografer yang mengunggah foto di media online adalah fotografer jurnalistik porfesional, berbeda dengan media berita cetak dimana para jurnalis foto nya adalah profesional. Selain itu, penyalahgunaan hak cipta menjadi momok bagi para jurnalis foto di media online. Berada di bawah institusi media online tertentu menjadi satu solusi agar foto-foto para jurnalis foto terhindar dari pencurian dan penyalahgunaan hak cipta, karena ada perlindungan hukum di dalamnya. Pemberian tanda air atau watermark pada foto juga bisa menjadi alternatif untuk mencegah pencurian foto.

Singkatnya, para jurnalis foto dalam dunia jurnalisme online dituntut untuk selalu menjaga faktualitas foto beritanya dengan memegang teguh kode etik foto jurnalistik, baik para profesional maupun amatir. Banyaknya celah untuk terjadinya manipulasi foto dan penyalahgunaan hak cipta menjadi sebuah tantangan yang harus ditaklukan bagi para jurnalis foto di dalam media online. Tak hanya dari para jurnalis foto saja, namun dari media berita online juga harus selalu menyeleksi dan memperhatikan kualitas dari foto-foto berita yang akan diunggah agar para pembaca berita online mendapatkan berita bernilai faktualitas terbaik dan menghindari kasus pembohongan publik yang mungkin terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun