Perubahan dimulai dari sebuah pergerakan. Namun untuk bergerak diperlukanlah sumber energi. Indonesia negara yang kaya akan sumber energinya seharusnya mampu mengelola potensinya dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan internalnya. Â Kebutuhan energi di Indonesia, yang merupakan fungsi dari pertumbuhan penduduk, tentunya semakin lama semakin meningkat.
Ketergantungan terhadap konsumsi minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi merupakan salah satu bukti kurangnya kemampuan kita dalam mengelola sumber energi dengan baik. Kondisinya sekarang adalah Indonesia tidak memiliki banyak cadangan minyak bumi sebagai sumber energi utama. Oleh karena itu perlulah kita untuk beralih ke sumber energi yang banyak dimiliki negeri kita.
Sebesar 151.33 TSCF cadangan konvensional gas Indonesia, kemudian shale gas Indonesia dengan besar cadangan diperkirakan sebesar 574 TSCF, dan CBM yang sekitar 453.3 TSCF perlulah di berdayakan untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia. Tetapi bukanlah hal yang mudah untuk mengonversi sumber energi secara cepat. Tentunya pemerintah kita sudah memikirkan langkah-langkah untuk melaksanakannya, namun kendala terbesar dalam menjadikan gas bumi sebagai sumber energi yang mendominasi adalah infrastrukturnya.
Kondisinya sekarang adalah sebesar 50% dari produksi gas kita ekspor keluar dikarenakan kendala infrastruktur yang ada. Agar gas dapat digunakan dengan optimal dinegeri ini diperlukan infrastruktur seperti pipa transmisi dan pipa distribusi, jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga, infrastruktur sarana dan bahan bakar gas untuk transportasi, konversi BBM ke bahan bakar gas, konversi BBM ke bahan bakar gas untuk kendaraan, kilang LNG-LCNG Station, tangki penyimpanan LPG dan BBM. Menurut Dirjen Migas Kementerian ESÂDM, IGN Wiratmaja Puja diperlukan Dana sebesar US$ 20 untuk pembangunan gas dengan baik. Sebesar US$ 8,5 miliar untuk pipanisasi dan sebesar US$ 8 miliar untuk regasifikasi. Pembangunan LPG sebesar US$ 1 miliar, stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) sebesar US$ 400 juta, dan pembangunan gas kota sebesar US$ 2,5 miliar.
A. PIPA
Saat ini Indonesia baru memiliki 9.876 kilometer pipa, yang terdiri dari 5.150 pipa transmisi dan 4.726 pipa distribusi. Sementara menurut road map, dibutuhkan sekitar 16.000 km pipa agar gas tidak diekspor lagi. Untuk mencapai hal tersebut, dalam master plannya, pemerintah menargetkan pada tahun 2018 beberapa pembangunan pipa sebagai berikut
B. Tangki Penyimpanan LPG
Konstruksi tangki penyimpanan LPG dengan total kapasitas 6.000 metrik ton, diusulkan dilakukan multiyears2016-2018. Rencana pembangunan ini akan dilakukan di 4 lokasi yaitu Bima, Kupang, Wayame dan Jayapura. Total anggaran untuk pembangunan konstruktsi tangki ini mencapai Rp 127,45 miliar.
C. Kilang LNG-LGNG Station.
Pemerintah mencanangkan pembangunan dilakukan multiyears tahun 2016-2018. Pembangunan kilang mini LNG dengan dana sebesar Rp 42,80 miliar akan dilakukan pada tahun 2016. Infrastruktur berupa mini LNG plamt akan dibangun di Karawangan berkapasitas 5 MMSCFD serta 4 LCNG station di Kaligawe, Gresik, Cirebon, dan Banyuwangi dengan kapasitas masing-masing 0,5 MMSCFD.