Mohon tunggu...
Haryono Hs
Haryono Hs Mohon Tunggu... -

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Menpora Versus PSSI

22 April 2015   10:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Weleh weleh .... gak pagi gak siang gak malam, PSSI itu ribut melulu ..... sedih rasa di hati. Kalau gak ribut diantara mereka sendiri, ribut dengan lembaga lain, cabang olah raga ter populer ini rasanya paling banyak ributnya daripada prestasinya, terakhir ribut dengan Kemenpora . Merasa ada pelindung ( FIFA ) , hingga negara tidak dapat campur tangan terhadap satu organisasi ini. Wach wach waaaaach......

Dalam konteks berpikir positif , semestinya PSSI berterimakasih, kepada pemerintah cq Kemenpora, lha wong mau dibantu untuk menata dirinya agar lebih baik, kok ya ngotot gak mau. ( ini konteks berpikir positif terhadap apa yang akan dilakukan Kemenpora ). OK .... sanksi pembekuan sudah dijatuhkan oleh Menpora. Kalau sudah demikian, ya sudah PSSI ketemu Menpora, bicarakan, persoalan nya apa, lalu cari jalan keluar terbaiknya apa.

Gak usah lah saling menyalahkan pihak lain dan saling membenarkan diri nya sendiri. Ya PSSI ya Kemenpora. Awak pikir solusinya adalah duduk bareng. Bila memang masing - masing memiliki itikad baik untuk menjadikan PSSI berprestasi, ya semestinya saling memecahkan persoalan, bukan memperuncing persoalan.

Sisi lain, kalaulah awak bertanya dan berpendapat ekstrim terhadap Kemenpora, seandainya Kemenpora gak usah urus itu PSSI,kira kira rugi atau untung. Rasanya sich banyak untungnya. Lha wong PSSI gak ada prestasinya pun, ngapain sampeyan capek capek ngurusin. Urus yang mau diurus dan yang memungkinan untuk diurus. Gunakan daya sarana waktu, energi dan bahkan DANA Kemenpora untuk cabang - cabang olah raga yang berkemungkinan besar meraih prestasi dunia.

Yang sudah pasti meraih pretasi di tingkat dunia, misal Olimpiade ; Bulu tangkis, Panahan , Angkat Besi, Atletik. Bina dan urus cabang olah raga ini, hingga meraih prestasi terbaik berkelanjutan. Duduk bersama dengan pengurus induk nya, petakan, rencanakan dan gelontorkan anggaran yang lebih dari cukup bagi mereka, baik bagi atlet, pelatih dan bahkan sarananya, bila perlu dan memungkinkan, bantu mereka mencarikan sponsor .

Demikian juga lakukan untuk cabang olahraga yang mungkin berprestasi tingkat Asia, dan tingkat Asia Tenggara. Petakan dan duduk bersama pengurus induk masing masing cabang olahraga dimaksud. Hingga prestasi kita bisa meningkat, bukan tambah menurun.

Lalu bagaimana dengan PSSI. Ya sudah, lha wong mereka mau ngurus dirinya sendiri kok. Lepaskan saja PSSI ... sediakan apa yang PSSI butuhkan, lapangan sepakbola untuk di sewa ( klub profesional ), dengan segalakonsekwensi penyewa tentunya .

Kasih kesempatan mereka ( PSSI ) mengurus dirinya sendiri, pemerintah cq Kemenpora, bila selama ini meng anggarkan dalam APBN untuk cabang ini, coret dan alihkan anggaran itu untuk cabang berprestasi lain. Jangan / tidak usah meng anggarkan sepeser pun untuk kegiatan PSSI.

Wahai PSSI, hayo kalau sampeyan ( PSSI ) memang benar - benar mau mandiri menuju prestasi hebat, tunjukkan bahwa sampeyan memang sudah tidak perlu diurus oleh negara. Tunjukkan program besar sampeyan untuk meraih prestasi. Tunjukkan bahwa kalian memang memiliki itikad baik hingga memiliki prestasi terbaik, gak usah banyak cakap, urus dan benahi dengan benar PSSI, dan jangan dibawa ke ranah politik seperti pernah terjadi selama ini.

Salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun