oleh: HKB, redaksi: Deby
Musik bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia, bahkan alam semesta. Musik adalah bagian dari seni, alam semestapun tidak akan memancarkan keindahan, bila tanpa seni penciptaan. Musik ada sebelum diciptakan. Musik adalah cerminan pencipta alam semesta. Membaca buku karangan seniman musik muda berbakat, Eya Grimonia, yang diberi Judul "DUNIA MUSIK - Sains-Musik untuk Kehidupan Baru, seperti berada pada dua sisi yang berbeda. Kenapa?
Buku Dunia Musik adalah sejenis buku ilmiah, yang kadang rumit untuk dibaca saat kondisi tertentu, misalnya sepulang kerja, atau pasca beraktifitas tinggi. Namun menjadi sangat indah mendayu-dayu saat pikiran fresh misalnya pasca bangun tidur atau sehabis relaksasi. Buku ini termasuk bergenre Dewasa. Berdasarkan pengalaman, saat membaca sepulang kerja, buku ini menyebalkan, yaitu menggurui, dan penulis berasa paling pintar sedunia. Kenapa lagi nih? Ya, karena buku ini senang menggunakan bahasa-bahasa yang sulit dan seperti tidak nyambung satu sama lain. Akhirnya, dengan sedikit "memaksa", dibacalah tulisan yang berada dalam inbox berwarna abu-abu. Ketika terbaca, ternyata, inbox ini lebih relax dan cerdas dalam penyampaian, karena cenderung lebih sederhana dan sangat memanusiakan pembaca. Asyik sekali! Kondisi capek sehabis bekerja, seperti tersiram air segar saat membaca TIGA TITIK PADA BOW. Eya menulis: "Begitu pula kehidupan. (seharusnya koma bukan titik-red) Karena tidak tahu atau kurang sabar, kita melihat hidup itu tidak adil. (seharusnya koma bukan titik-red) Padahal dengan cara pandang dan keyakinan yang tepat, hidup akan selalu memberi kita kebaikan." Statement berbahasa Dewa. Cerdas!
Sudut pandang kedua, adalah saat dalam kondisi bangun tidur, segar, relaks, kosong, dan siap menerima masukkan apapun. Buku ini menjadi berbeda 180 derajat. Buku ini menjadi buku ilmiah dan bagus. Mengalir dengan bahasa yang lugas dan apik, seperti menghapus beberapa kekurangan pada buku ini. Kekurangannya justru bukan pada Eya sang penulis, melainkan pada editor dan penyunting buku ini. Kata-kata banyak yang salah ketik, terjadi perbedaan maksud dan tidak ada penjelasan berupa footnote. Perbedaan maksud tercermin salah satunya pada inbox: "KARIMATA BAND DAN PENGGEMAR", penulis menjelaskan,"Ahli neurosains menyatakan bahwa hal yang kita sukai saat kita masih muda cenderung akan kita sukai juga sampai nanti kita beranjak tua. Apa yang membuat kita senang menggerakkan limbik di otak kita dan memori tentang hal yang menyenangkan itu tersimpan disana." Kalimat kedua ini bertanya atau statement?
Berkaitan dengan cover buku, ini sangat mencerminkan pada "keakuan" penulis. Warna cewek dan sangat muda. Beberapa yang ditunjukkan cover buku ini cukup beragam mulai dari cover buku pelajaran sampai dengan novel, namun selalu berkomentar, "mesti yang buat buku ini cewek ya?"Â (saat bertanya, nama penulis ditutup tangan-red). Memang penulis sedang mengeksplorasi jati dirinya, dan wajar jika cover mengarah pada "siapa dirinya". Buku ini sebetulnya bisa menjadi referensi buku pelajaran sekolah ataupun perkuliahan, mengingat isinya sarat keilmiahan, namun sisi lainnya, masih berpihak pada yang tahu tentang musik, bukan yang awam.
Buku ini juga menyajikan CD musik berupa mini album, yang menawarkan 3 lagu: Evolusi Cinta, Madenda Dance, dan The colour of My Heart. Dari ketiga lagu bagus yang ditampilkan dalam mini album ini, Madenda Dance-lah yang membuat merinding sekujur tubuh. Luar biasa!
Kata terakhir yang mampu diucap adalah "Eya, aku siap pacari otakmu!, dan tetaplah rendah hati!" [HKB]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H